Ketum PBNU Sarankan Fadli Zon Minta Maaf Langsung pada Mbah Moen

Abadikini.com, JAKARTA – Puisi “Doa yang Ditukar” karya Fadli Zon mendapatkan reaksi keras dari Ketua Umum PB NU, KH Said Aqil Siradj. Menurut Said Aqil, puisi politisi Gerindra itu bentuk penghinaan terhadap sesepuh NU, Kiai Maimoen Zubair atau Mbah Moen.

Menurut Said Aqil, puisi itu membuat warga NU marah kepada sosok Fadli Zon. Sebab, bagi NU, sosok Mbah Moen merupakan kiai sepuh yang dihormati.

“NU marah. Kiai Maimoen itu kiai Sepuh. Sudah 94 tahun. Allah itu menghormati orang yang usia lebih dari 80 tahun. Sudah dipangkuan Tuhan itu namanya,” ujar Said Aqil di acara Rakornas ke IV NUCare-LazisNU di Ponpes Diponegoro, Sleman, Jumat (15/2/2019).

Menurut Said Aqil, orang yang masih berusia lebih muda harus menghormati dan tidak melecehkan orang tua. karena itu Fadli Zon disarankan meminta maaf kepada Kiai Maimoen.

“Bagi PBNU, kita harapkan sebenarnya Fadli Zon sadarlah. Sebagai orang berbudaya, beradab, berakhlak, tinggal minta maaf saja. Apa sih beratnya? Kalau tidak mau, ya terserah kalau ingin kualat,” papar Said Aqil.

Sekjen PBNU Helmy Faishal Zaini menambahkan, Fadli Zon memang tak menyebut nama Kiai Maimoen dalam puisinya, namun keluarga besar NU tahu jika puisi itu ditujukan kepada Kiai Maimoen. Sebab, puisi itu dikeluarkan Fadli Zon sesaat usai terjadinya sebuah peristiwa.

“Kami harapkan Fadli Zon datang langsung ke Mbah Moen dan meminta maaf. Walaupun tidak menyebut nama (dalam puisinya), kami pahamlah puisi itu dikeluarkan persis setelah sebuah peristiwa yang belum lama terjadi. Dalam pandangan keluarga besar NU, Fadli Zon telah mencederai sudah tak sopan kepada orang tua kita sesepuh NU Kita harapkan segera meminta maaf. Secepatnya,” ucap Helmy.

Sebelumnya,Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon menegaskan bahwa puisinya sama sekali tak menghina dan bukan ditujukan kepada Mbah Moen. Menurutnya, ini adalah ‘gorengan’ lawan politiknya.

“Kalau orang yang punya literasi coba dicek jelas, saya berulang kali katakan itu bukan buat Mbah Moen, Mbak Moen itu saya hormati, saya sebut kau penguasa tengik, emang Mbah Moen penguasa? Ya lagian itu puisi, tetapi kalau mau digoreng-goreng ya goreng saja silakan,” kata Fadli di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (12/2).

Fadli menolak jika dituntut meminta maaf soal puisinya. “Untuk apa, saya tidak ada perbuatan yang lawan hukum di situ,” ujarnya.

Editor
Muhammad Saleh
Sumber Berita
merdeka

Baca Juga

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker