Warga NU Terus Gugat Puisi Fadli Zon

Abadikini.com, JAKARTA – Warga Nahdlatul Ulama (NU) terus menggugat puisi Fadli Zon. Puisi Wakil Ketua Umum Partai Gerindra ini dinilai menghina warga NU. Apalagi, Fadli Zon justru bersikap arogan. Tidak mau meminta maaf setelah dinilai mencemooh doa KH Maimun Zubai atau Mbah Moen.

Kontroversi puisi Fadli Zon terus berlanjut. Apalagi, setelah tidak ada itikad baik dari Fadli Zon untuk mencairkan suasana. Usai melontarkan puisi yang menghina doa Mbah Moen, Fadli Zon berkeras tidak akan meminta maaf. Sikap ini lalu direspon warga NU. Diskusi publik ‘Politik Ala Dajjal? Membegal Doa Kyai’ pun digelar Selasa (12/2).

Diskusi ‘Politik Ala Dajjal? Membegal Doa Kyai’ ini atas prakarsa Master C19 Portal KMA. Venuenya di Markas Terpadu C19 Poros Laskar Nyata Kiai Ma’ruf Amin (Master C19 Portal KMA). Lokasi detailnya ada di Jalan Cirebon No. 19, Menteng, Jakarta Pusat. Diskusi ini dihadiri oleh berbagai latar belakang. Narasumber yang dihadirkannya pun sangat kapabel.

Sebagai narasumber diskusi, KH Nurul Ishak pun menghimbau Fadli Zoen untuk meminta maaf pada Mbah Moen dan Warga NU. Sebab, puisi yang diciptakan Fadli Zon sangat menyakiti perasaan santri dan kyai. Lebih luas lagi, menampar warga NU secara umum. Apalagi, Fadli Zon justru tidak bersikap kooperatif. Ada kesan menyepelekan himbauan warga NU secara umum.

“Warga NU ini sagat geram dengan puisi Fadli Zon. Ada banyak kyai yang semakin kecewa dengan sikap Fadli Zon. Dia tidak bereaksi apa-apa terkait puisi Fadli Zon ini,” ungkap KH Nurul Ishak, Selasa (12/2).

Menanggapi sikap pasif Fadli Zon, aksi nyata harus dilakukan. Sebab, beragam kajian melalui diskusi khusus sudah dilakukan. Kesimpulannya relatif sama. Puisi dan sikap Fadli Zon dinilai tidak etis. Semua sepakat, Fadli Zon harus meminta maaf secara terbuka. “Sekarang tidak pelu banyak diskusi lagi. Warga NU harus bergerak merespon ini, apalagi Fadli Zon tidak mau minta maaf,” tegasnya lagi.

Opini serupa dilontarkan Pengamat Politik Karyono Wibowo. Karyono beropini, puisi Fadli Zon menjadi blunder besar yang dilakukannya. Suasana menjadi semakin keruh karena Fadli Zon tidak menakar efek negatif bawaan dari puisinya itu. “Puisi Fadli Zon ini sebenarnya menampar dirinya sendiri. Dia itu menampar wajahnya sendiri. Potensi efek bawaannya tidak dilihat,” kata Karyono.

Lebih lanjut, Karyono pun membedah puisi ciptaan Fadli Zon. Puisi tersebut dinilainya tidak memenuhi aspek estetika. Kering unsur puitis, Fadli Zon justru lebih menonjolkan aspek politis. Pasalnya, diksi dalam puisi Fadli Zon sangat standar.

Jauh dari nilai-nilai seni. Justru lebih dominan dengan kata-kata politis yang menohok.

”Menurut saya ini salah satu kepanikan Fadli Zon dalam menghadapi realitas politik saat ini,” tuturnya.

Putra Cawapres 01 KH Ma’ruf Amin, Ahmad Syauqi Ma’ruf Amin juga ikut menyayangkan keluarnya puisi Fadli Zon. Gus Oqi-panggilan akrab Putra Kiai Ma’ruf-menilai tidak ada yang salah dari doa Mbah Moen.  ”Coba dengarkan dan cermati sekali lagi doa Mbah Moen. Itu jelas-jelas Mbah Moen mengatakan bahwa orang di samping saya jadikan presiden, presidennya Pak Prabowo,” tegas Gus Oqi.

Mensikapi puisi Fadli Zon, Gus Oqi pun merasa bingung. Apa yang sebenarnya dipermasalahkan oleh Fadli Zon ini? ”Makanya, saya sempat bingung, apa yang kemudian dipermasalahkan dari doa Mbah Moen,” tambahnya.

Putra kelima Kiai Ma’ruf ini menegaskan, walaupun doa yang dipanjatkan Mbah Moen diulang akan tetap sama. Sebab, tidak ada susunan kata yang salah. ”Tidak ada yang salah dari doa Mbah Moen. Diulang seribu kali pun tetep begitu,” pungkasnya. (*)

Editor
Muhammad Saleh

Baca Juga

Berita Terkait
Close
Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker