Fahri Hamzah Bongkar Penyakit Kronis Pimpinan PKS

Abadikini.com, JAKARTA – Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah membongkar penyakit kronis para pimpina-pimpinan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang menurutnya gaya kepemimpinan mereka lebih pada Feodalisme dan bertentangan dengan ajaran Islam.

Karena gaya kepemimpinan petinggi PKS bersifat feodal sehingga membuat kader PKS di seluruh Indonesia merasa gelisah dan akhirnya banyak yang keluar dari partai dakwah ini

“Tapi kalau partainya merasa tidak sanggup lagi menopak kegelisahan ini yang orang pindah pak. Sederhanakok, karena ini soal kegelisahan kok.,” kata Fahri saat menyampaikan orasi politik dalam acara deklarasi Garbi di Gorontalo seperti dikutip Abadikini.com dari Youtube miliknya Fahri Hamzah Official, Rabu (13/2/2019).

Menurut Fahri, Kader PKS adalah rata-rata kelompok berpikir gak bisa Feodal terima, terima tanpa penjelasan. “Kita ini ingin Modern, Islam itu adalah kultur Modern yang dilawan oleh Islam adalah Feodalisme. Kalau kader itu tidak boleh nanya pemimpin itu Feodal, itu bukan Islam. gak bisa itu diterima,” sambungnya.

Fahri menjelaskan, Nabi Muhammad SAW itu sebagai khatamul anbiya‘ wal mursalin, dari sisa manusia akhir zaman beliau diambil menjadi Nabi akhir zaman. Tapi coba lihat sikapnya kepada sahabatnya, dipanggilnya sahabat, “makanya Garbi saya usulkan memanggil saudara-saudaranya sahabat karena niru nabi kita,” jelasnya.

“Nabi itu, Nabi. Sertifikatnya dari Allah SWT tapi manggil orang sahabat, Nabi itu di cium tangannya enggak mau, masuk ruangan dia berdiri dia marah, apa kamu mau mengistimewakan saya seperti orang-orang dulu mengistimewakan pemimpinnya,” tambahnya.

Fahri menegaskan, enggak ada feodalisme dalam Islam. kalau orang ini menikmati feodalisme, struktur, jabatan membuat dia feodal, gampang tersinggung, gampang marah. “Sedikit sedikit taruh dimana muka saya, ya mukanya gak kemana-mana padahal. Itu gak bisa bagian dari abad 21, kita membangun Negara modern, kultur kita kultul modern, yang melahirkan kultur bernegara itu Nabi Muhammad SAW,” tegasnya.

Fahri menambahkan, Piagam madinah itu cermin dari konstitusi Negara, itu adalah konstitusi pertama tertulis dalam sejarah peradaban umat manusia sebelumnya kepemimpinan itu hanya konvensi karena darah, dari bapak turun ke anak, dari anak turun ke cucu itu sejarah.

“Nabi mengajak orang berorganisasi secara rasional, ada piagamnya, Nabi bikin perjanjian tertulis, beliau Ummi, tidak bisa membaca, tapi semua tertulis karena tradisi modern. Yang kita ingin PKS itu mejadi partai modern gak mau. Semua mau di atur seenak pimpinan yak gak bisa dong,” tegasnya.

Selain itu Fahri juga menceritakan sebab-sebab mengapa dirinya menang melawa pimpinan PKS di pengadilan Negara, karena menurutnya kuasa hukum dari PKS dalam keterangannya tidak berpatokan pada UU Negara tapi berpatokan pada AD/RT partai. Hal itu yang menyebabkan ia menang bukan karena ia menyogok hakim seperti yang disangkakkan oleh pimpinan PKS selama ini kepadanya.

“Makanya waktu sidang kenapa saya menang, buka karena nyogok hakim, karena hakimnya nanya kepada kedua Lawyer, ini Lawyer saya basisnya Undang-undang ada Lawyer yang katanya kader PKS saban hari omongnya AD/RT yang gak ada juga di AD/RT nya itu. Dia bilang keputusan pimpinan lah ini hakinya orang bali pak, setiap mendengar Lawyer dari PKS ini ngomong dia bingung kok ini ngomong AD/RT mulu, ngomong keputusan pimpinan hakim bingung,” tuturnya.

“Ini Lawyer saya karena orang biasa bukan kader dia bilang menurut Undang-undang Dasar, menurut Undang-undang tentang ham, menurut KUHP menurut KUHAP kata Hakim orang Bali ini betul, ini betul,” tambahnya.

Oleh karena itu, Fahri menegaskan kembali bahwa, bersengketa dirunga public tentunya harus berargumen dengan UU Republik Indonesia bukan dengan AD/RT Partai. Kalau bikin partai kata Fahri harus kulturnya melekat pada Negara jangan bersifat tertutup

“Karena kita bersengketa di ruang public tapi ini kawan ini gak mau tau, ini partai UU nya lebih tinggi dari UU Negara, hakim-hakim dalam partai ini lebih ikhlas ya gak boleg begitu dong. Uji terbuka, kalau bikin partai kulturnya lekat pada kultur Negara jangan tertutup, mindahin orang seenaknya, mecat orang pake WA, ini kultur abad 21 tidak bisa begitu lagi, gak bisa,” tegasnya.

“Aneh kalau PKS itu bisa bertahan, gak masuk akal, kita ini, saya, Anis Matta, Mahfudz Siddiq dan lain-lain mau memordenisasikan ini partai, supaya basisnya tertulis, aturannya jelas,” pungkasnya.

Editor
Muhammad Saleh

Baca Juga

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker