Demokrasi Berujung Tragis Di Lapangan Tiananmen

Abadikini.com – Pembantaian di lapangan Tiananmen menjadi peristiwa yang tidak akan pernah dilupakan oleh rakyat Cina, dan selalu dikenang sebagai kenangan pahit dalam proses perubahan negara tersebut.

Sejak pertengahan April hingga awal Juni 1989, Kota Beijing diguncang oleh serangkaian demonstrasi yang dilakukan oleh kelompok-kelompok oposisi. Mereka memilih lapangan Tiananmen sebagai panggung utama untuk menyuarakan aksinya.

Kelompok oposisi yang diinisiasi oleh para mahasiswa berkumpul di sana, dengan kekuatan sangat besar. Aksi mereka adalah reaksi terhadap pelengseran Hu Yaobang, sekjen Partai Komunis Cina, karena dianggap membahayakan pemerintah.

Ditambah, saat itu Cina sedang dalam kondisi tidak stabil akibat krisis ekonomi dan kasus korupsi yang merajalela di pemerintahan. Alasan tersebut dirasa cukup oleh kelompok oposisi memantapkan gerakannya melakukan serangkaian demonstrasi.

Di lapangan Tiananmen, para mahasiswa menyerukan tuntutan-tuntutannya terhadap demokrasi di Cina. Suasana semakin keruh ketika 50.000 mahasiswa turun ke jalan, meneriakkan kebebasan pers dan dialog terbuka dengan pemerintah pada 27 April 1989.

Hari demi hari, aksi demonstrasi yang digagas para mahasiswa menjadi tidak terkendali. Pemerintah mulai tertekan oleh serangkaian aksi demonstrasi besar itu. Bagi pemerintah, tak ada jalan lain menghentikan demonstrasi, kecuali menggunakan cara yang terbilang sadis.

Pada 20 Mei 1989, pemerintah mengumumkan status darurat, dan Tentara Pembebasan Rakyat (TPR) dikerahkan untuk menguasai keadaan di Beijing. Namun status darurat itu hanya sesaat, pemerintah tidak mampu berbuat banyak meredakan aksi demonstrasi yang semakin meluap.

Di tengah-tengah kekisruhan tersebut, para pemimpin komunis menggelar pertemuan, membahas mengenai situasi yang sedang terjadi. Saat itulah disepakati bahwa demonstrasi harus dihentikan menggunakan kekuatan militer.

Beijing berada pada situasi perang, warga di sana mulai mengungsi karena kondisi tidak lagi kondusif. Tentara dan tank-tank brigade 27 dan 28 dari TPR diterjunkan untuk menggentarkan para mahasiswa.

Bukannya mundur, ribuan mahasiswa justru menyerang pasukan militer. Di sinilah awal mula pembantaian massal pecah. Dengan segala kelengkapannya, pasukan militer berhasil menguasai lapangan Tiananmen, tempat ribuan demonstran berkumpul.

Terjadi aksi saling serang hingga banyak korban yang jatuh, terutama dari kelompok oposisi. Beberapa sumber menyatakan bahwa jumlah korban tewas dalam insiden penyerangan itu sekitar 3.000 mahasiswa. Tetapi ada pula yang menyebut, korban tewas mencapai 7.000 mahasiswa.

Selama peristiwa di Tiananmen, pasukan militer dengan leluasa menembaki para demonstran, sampai lapangan tersebut dipenuhi oleh darah dan tumpukan mayat.

Editor
Muhammad Irwan
Sumber Berita
Male

Baca Juga

Berita Terkait
Close
Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker