Umuh Marah ke Edy Rahmayadi, Terlalu

 

Oleh: M. Nigara

Wartawan sepakbola Senior

Beredar video di media sosial, Umuh Muchtar, manajer Persib Bandung marah-marah selepas klubnya kalah. Padahal orang marah jika klubnya kalah, adalah hal biasa saja dalam setiap pertandingan sepakbola.  Tapi, jika Umuh marah, ke ketum PSSI, itu: “Terlalu!” Persis judul lagu Oma Irama.

Apa yang menjadi dasar kemarahan Umuh, sebenarnya sudah jadi rahasia umum. Ini terkait dengan kinerja wasit yang bukan hanya oleh Umuh, tapi oleh banyak pihak dianggap tidak fair. Itu sebabnya ada semacam gagasan untuk membongkar mafia pertandingan di liga sepakbola kita.

Hal ini sesungguhnya bukan barang baru di sepakbola kita. Kasus pengaturan skor mulai masuk di lingkungan kompetisi resmi sejak 1961. Lalu, memuncak saat Perserikatan dan Galatama. Malah, tim nasional juga sempat dirasuki hingga kualitas individu dan tim tidak berbanding lurus dengan prestasi.

Tapi, yang menjadi soal, marahnya Umuh nyerempet-nyerempet pada kinerja ketum PSSI. “Saya tidak puas terhadap kepemimpinan Edy Rahmayadi!” katanya seperti di dalam video singkat itu.

Muntahan itu membuat kita yang kebetulan mengikuti jalannya kudeta terhadap La Nyalla Mattalitti, pasti terkejut. Lho, kok bisa begitu?

Bukankah dulu, saat LNM di jungkalkan 2015, Umuh termasuk motor utamanya?bukankah dulu Umuh sangat akrab dengan ER? Bahkan berulangkali Umuh muncul di semua media menjadi seperti juru bicara? Dan ketika ER akhirnya benar-benar menjadi ketum PSSI, Umuh juga ikut menyusun kepengurusan? Lha, kok sekarang marah-marah?

Minta maaf ke La Nyalla Mattalitti 

Kualat, tampaknya sedang melanda PSSI. Baik ER, Umuh ‘komandan’ kelompok 85, maupun para esko PSSI seperti terjerembab di lubang gelap yang dulu mereka buat untuk LNM.

Bagi saya sendiri bukan hal aneh jika para pendukung ER sekarang berbalik arah. Situasi dan kondisi seperti ini adalah hal yang sangat biasa di sepakbola kita. Prinsipnya, mereka (para anggota dan pemilik suara) hanya akan patuh dan tunduk pada ketua umum yang punya kekuasaan.

Jadi, begitu ER tak lagi jadi pangkostrad, seperti tulisan dalam buku saya KLB Untuk Siapa? tahun 2016, tinggal menunggu waktu untuk dilengserkan. Contoh kasus yang seperti ER ini sudah berulang terjadi.

Lalu, apa dong jalan keluarnya? Bagi saya hanya satu: Umuh dan para esko yang berperan menjungkalkan LNM, segeralah minta maaf mantan ketum PSSI itu. Jika tidak, maka bukan tak mungkin kasus yang lebih berat akan terjadi lagi. Apa yang mereka lakukan dulu, bukan jalan yang seharusnya ada di dunia sepakbola kita. Semoga bermanfaat

Baca Juga

Berita Terkait
Close
Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker