Survei Politik Kebohongan Ungkap Hoax Ratna Rugikan Kubu Prabowo

Abadikini.com, JAKARTA – Lembaga survei Y-Publica merilis data terbaru soal pemilihan presiden 2019. Survei kali ini berkaitan dengan politik kebohongan.

Direktur Eksekutif Y-Publica, Rudi Hartono mengklaim mayoritas rakyat Indonesia tak suka dengan penggunaan skenario kebohongan dalam politik. Salah satu contohnya kasus hoax Ratna Sarumpaet yang menyeret tim Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno.

Dijelaskan Rudi, dari hasil survei Y-Publica terhadap 1.200 responden, sebanyak 81,3 persen responden menyatakan penggunaan politik kebohongan seharusnya tidak dibenarkan dalam politik.

“Hanya 9,5 persen responden yang setuju, itu pun karena sudah dikuasai oleh anggapan bahwa politik itu soal menghalalkan segala cara untuk mencapai kekuasaan,” kata Rudi saat rilis hasil survei nasional Y-Publica di Jakarta Pusat, Senin (5/11/2018) dikutip dari VIAVA.

Rudi menambahkan, dalam kasus Ratna Sarumpaet, dampak informasinya sangat luas di masyarakat. Buktinya, hampir separuh responden (49,8 persen) mengaku mengetahui atau pernah mendengar kasus tersebut.

Bahkan, menurut Rudi, sebanyak 71,5 persen responden yang mengetahui kasus itu mengaku mengenal posisi Ratna sebagai salah satu juru-bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga Uno. Saat ini, Ratna sudah dipecat dari BPN.

“Karena publik tahu Ratna bagian dari kubu Prabowo-Sandi, maka efek elektoralnya merugikan kubu tersebut,” ujarnya.

Apalagi, kata Rudi sebanyak 40,5 persen dari responden yang mengetahui kasus itu meyakini bahwa kebohongan Ratna itu bagian dari skenario politik.

“Kalau kebohongan itu tidak terbongkar, tentu kubu petahana sangat dirugikan. Karena akan dianggap membungkam oposisi dengan kekerasan,” katanya.

Rudi mengingatkan, penggunaan politik kebohongan tengah mendunia pasca-keberhasilan Donald Trump dalam pemilu Amerika Serikat. Baru-baru ini gaya Trump ditiru oleh calon presiden (capres) Brasil, Jair Bolsonaro, hingga berhasil memenangkan pemilu.

Survei Y-Publica dilakukan pada 10 sampai 20 Oktober 2018. Survei ini hampir sepekan setelah menghangatnya kasus kebohongan yang dilakukan oleh aktivis oposisi Ratna Sarumpaet.

Untuk jumlah sampel dalam survei ini adalah 1.200 responden yang dipilih secara acak bertingkat (multistage random sampling), mewakili 34 provinsi di Indonesia.

Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara tatap muka kepada responden terpilih dengan menggunakan kuesioner. Tingkat kepercayaan survei ini 95 persen, dengan margin of error (MOE) sebesar 2,98 persen. (ak.viva).

Baca Juga

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker