Pemerintah Diminta Menutup dan Mengusir Grab dari Indonesia

Abadikini.com, JAKARTA – Sikap acuh tak acuh perusahaan Grab Indonesia memicu amarah komunitas mitra pengemudi taksi dan ojek online yang tergabung dalam aksi Gerakan Hantam Aplikator Nakal (Gerhana). Aspirasi yang tidak tersampaikan membuat para mitra mengeluarkan ancaman mengusir aplikator asal Malaysia tersebut dari Indonesia.

Humas aksi Gerhana, Dedi Hariyonti meminta pemerintah mengusir dan menutup Grab karena sejauh ini perusahaan tersebut dianggap selalu berjanji. Tidak memenuhi permintaan para mitra terkait kesejahteraan karena faktanya penetapan tarif masih rendah.

“Kami meminta pemerintah hadirkan aplikator yang professional, adil, transparan dan menyejahterakan semua pihak,” kata Dedi Hariyonti dalam keterangannya, Rabu (12/9/2018).

Aksi demonstrasi Gerhana yang berlangsung di kantor Grab Indonesia, Lippo Kuningan, Jakarta, Senin (10/9/2018) sempat tegang. Sebab keinginan para mitra untuk bertemu Managing Director Grab, Ridzki Kramadibrata tidak terlaksana.

“Grab tidak beritikad baik. Kami meminta pemerintah mencabut izin Grab dan mengusir Grab dari Indonesia,” ucap penanggung jawab aksi, Christiansen alias Yansen Wage menambahkan.

Sempat dibantu pihak kepolisian agar membujuk Ridzki keluar dari ruangan dan menemui para peserta aksi. Namun juga tidak berhasil.

“Bahkan anggota polisi mencari Ridzki hingga ke ruangannya. Kami menyesali Ridzki yang tidak menunjukkan sikap ksatria, dia itu pengecut,” sesal Yansen Wage.

Menurutnya, manajemen Grab seringkali melakukan kebijakan sepihak yang merugikan mitra pengemudi. Misanya memberikan hukuman kepada mitra pengemudi berdasarkan peraturan perusahaan yang sepihak tanpa mengutamakan proses dialog.

Yansen mengungkapkan pihaknya membawa empat poin untuk disampaikan kepada manajemen Grab. Menagih janji terkait kesejahteraan, menolak aplikator menjadi perusahaan transportasi, menolak eksploitasi terhadap ojek online, dan menolak keras kartelisasi serta monopoli bisnis transportasi online.

“Yang menemui kami adalah staf legal Grab, kami menolak. Seharusnya Ridzki yang menemui kami. Ridzki tidak berjiwa besar, dia pengecut karena selalu menghindar setiap kali kami ingin menyampaikan aspirasi,” ujar Yansen.

Dia menyebut aspirasi pengemudi transportasi online di 18 provinsi kepada kantor daerah Grab di daerah juga seringkali tidak menghasilkan keputusan.

“Karena kantor daerah Grab selalu mengatakan keputusan final di kantor pusat. Makanya kami berdemonstrasi di kantor Grab pusat,” tutup Yansen. (ak/rmol)

Baca Juga

Berita Terkait
Close
Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker