Bagi Trump, Membantu Palestina Adalah Perbuatan Sia-sia

Abadikini.com, YERUSALEM – Akhir pekan lalu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan keputusannya untuk tidak lagi membantu East Jerusalem Hospital Network. Artinya, ada enam rumah sakit yang tak lagi bisa melayani warga Palestina karena tidak punya dana operasional.

”Tidak semestinya nasib para pasien ini bergantung pada isu politik,” keluh Walid Nammour, chief executive officer Agusta Victoria Hospital sebagaimana dilansir Al Jazeera, Senin (10/9/2018).

Dia mengatakan bahwa Agusta Victoria Hospital yang dirinya kelola merupakan satu-satunya rumah sakit terlengkap di kawasan Jerusalem Timur. Karena itulah, rumah sakit tersebut menjadi rujukan pasien-pasien Palestina.

Selama ini, Agusta Victoria Hospital menggantungkan biaya operasionalnya pada dana bantuan AS. Hal yang sama dilakukan lima rumah sakit lain di Jerusalem Timur. Termasuk Al Makassed Islamic Charitable Society Hospital.

Biasanya rumah sakit yang melayani warga Tepi Barat itu menerima total bantuan 45 juta shekel (sekitar Rp 185 miliar). Kini tidak akan ada lagi bantuan sebesar itu.

’’Dana bantuan kurang, utang menumpuk, pemerintah gagal bayar.” Demikian bunyi pernyataan resmi Al Makassed Islamic Charitable Society Hospital menurut Reuters. Tiga alasan itu membuat rumah sakit mengalami krisis keuangan. Kini nasib pasien-pasien yang mereka rawat pun terancam. Padahal, sebagian besar pasien mengidap penyakit berat. Salah satunya, kanker.

Sebelumnya, Amerika Serikat (AS) berjanji untuk mengalirkan dana bantuan sebesar USD 25 juta (sekitar Rp 371 miliar) ke East Jerusalem Hospital Network. Tapi, tiba-tiba saja, dana itu tidak akan diberikan.

Alasannya, AS akan berfokus pada bantuan lain di luar Palestina. Departemen Luar Negeri (Deplu) AS menyebut Trump sebagai pengambil kebijakan tunggal.

’’Keputusan itu berdasar hasil tinjauan terbaru kami,’’ ujar pejabat Deplu AS kepada Reuters. Sayangnya, dia tidak memberikan keterangan lebih terperinci. Dia hanya menyebut Trump sebagai pengambil keputusan.

Dihentikannya bantuan itu jelas membuat Palestina kian terpuruk. Apalagi, enam rumah sakit yang terdampak kebijakan AS tersebut merupakan rumah sakit rujukan. Semua pasien yang ditampung di enam rumah sakit itu mengidap penyakit berat.

WHO menyatakan bahwa warga Palestina yang dirujuk ke enam rumah sakit itu bisa mendapatkan perawatan intensif. Sebab, hanya di enam rumah sakit itulah mereka bisa menjalani operasi jantung.

Di sana juga ada unit perawatan intensif untuk bayi baru lahir, fasilitas terapi radiasi, dan cuci darah. Fasilitas-fasilitas itu tidak tersedia di rumah sakit-rumah sakit Tepi Barat dan Jalur Gaza.

Ahmad Shami, jubir Presiden Palestina Mahmoud Abbas, mengecam AS atas kebijakan tersebut. Menurut dia, langkah AS itu sama sekali tidak mencerminkan upaya damai. ”Kejam dan tidak bermoral,” tegasnya.

Secara terpisah, Hanan Ashrawi, pejabat Palestine Liberation Organization (PLO), juga memprotes AS. ’’Pemerasan atas nama politik ini jelas bertentangan dengan perikemanusiaan dan moral,’’ ujarnya.

Tapi, AS bergeming. Bagi Trump, bantuan untuk Palestina adalah sesuatu yang sia-sia. Sebab, pengeluaran dalam jumlah besar itu tidak menguntungkan.

Sampai sekarang pun, Palestina masih enggan kembali ke meja perundingan damai dua negara yang diprakarsai AS. Palestina juga tidak percaya pada Jared Kushner, menantu Trump, yang dipasrahi mendamaikan Israel-Palestina.

’’Anda akan mendapatkan uang itu. Tapi, uang tersebut tak akan keluar sampai ada kesepakatan,’’ kata Trump menurut Al Jazeera.

Sebelumnya, AS menyetop bantuan untuk UNRWA. Padahal, organisasi PBB itu bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak Palestina di Jalur Gaza dan Tepi Barat. (ak/jpnn)

Baca Juga

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker