Aktivis Gempar NTB Desak KPK Selesaikan Penjualan 6% Saham PT Newmont dengan Kerugian 2,56 Triliun

Abadikini.com, JAKARTA – Gerakan Mahasiswa Penyelamat Newmont Nusa Tenggara Barat kembali desak Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jumat (27/7/2018) terkait penjualan 6% saham PT Newmont yang terindikasi merugikan daerah senilai 2,56 Triliun.

Gempar NTB pun meminta KPK untuk segera memeriksa Zulkifliemansyah sebagai saksi kunci dalam kasus tersebut meski sebelumnya KPK pernah memberi lampu kuning akan segera menuntaskan kasus penjualan 6% saham PT Newmont serta kasus divestasi 24% saham PT Newmont yang merugikan daerah.

Hal tersebut disampaikan oleh salah satu orator Ahmad Andi “Ada selisih harga yang cukup dari harga saham yang di jual,  jika kita bandingkan dengan jumlah harga saham yang di rilis oleh Arifin Panigoro merilis bahwa PT AMI membeli 82.2 % Saham PT NNT senilai 2,6 Milliar Dollar. Maka dengan sederhana dapat dihitung harga per 1% saham adalah 31,6 Juta US Dollar, Artinya 6% saham yg dimiliki oleh PT DMB (NTB-Sumbawa dan Sumbawa Barat) setara dengan 189,8 Juta US Dollar, dengan nilai kurs 13.500 setara dengan 2,56 Trilyun”.

“Namun keterangan Pemprov NTB menyebut bahwa nilai pembelian 6% saham milik daerah hanya 484 M. Dan sisa deviden senilai 234 M. Yang menjadi pertanyaan kami kenapa selisi harga yang begitu tinggi,  NTB harusnya menerima 2,56 T dalam versi medco dan atau 1,35 T dalam versi Bumi Resourches. dan kami menduga telah terjadi penyimpangan yang cukup luar biasa dan secara berjamaah dalam penjualan saham tersebut”.

Ahmad Andi juga menambahkan “Komisi Pemberantasan Korupsi  harus berani membuka siapakah otak di balik pelaku penjualan 6% saham tersebut, sebab ada kejahatan yang cukup luar biasa di balik penjualan saham ini,  dan Zulkifliemansyah harus segera di panggil untuk di periksa sebab dikala itu ia menjabat sebagai Komisaris PT NNT sekaligus sebagai saksi kunci dibalik penjualan saham PT Newmont tersebut “. (arkan.ak)

Baca Juga

Berita Terkait
Close
Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker