Demokrat Alami Kekalahan di Jakarta dan Jabar Karena Blunder SBY

Abadikini.com, JAKARTA – Pemilihan gubernur di DKI Jakarta 2017 dan di Jawa Barat 2018 menjadi indikator utama elektabilitas Partai Demokrat di bawah kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sedang merosot. Jakarta dan Jabar adalah dua provinsi yang sangat strategis untuk memenangkan Pemilu 2019.

Demikian disampaikan Koordinator Pergerakan Pemuda Merah Putih (PP Merah Putih) Wenry Anshory Putra dalam keterangan tertulis, Kamis (5/7).

Maret 2017, KPU Jakarta menetapkan DPT untuk Pilgub Jakarta 2017 mencapai 7.264.749 orang. Dan April 2018, KPU Jabar menetapkan DPT untuk Pilgub Jabar 2018 mencapai 31.735.133 orang.

Maka, kata Wenry, hal yang sangat wajar bila Jakarta dan Jabar menjadi sangat strategis untuk memenangkan Pemilu 2019. Bahkan, pasangan cagub dan cawagub yang diusung Demokrat di provinsi strategis ini harus tersungkur.

Lalu, kenapa jagoaan yang diusung Demokrat karam di Jakarta dan dan terkubur di Jabar?

Menurut Wenry, manuver SBY yang mengusung putranya Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) pada Pilgub Jakarta adalah blunder pertama. Dan manuver SBY yang mengusung Deddy Mizwar pada Pilgub Jabar adalah blunder kedua.

“Mengapa blunder? Karena, kekalahan telak keduanya sangat berkaitan erat dengan manuver-manuver SBY yang justru menjungkalkan keduanya. AHY harus karam pada putaran pertama pada Pilgub Jakarta dan Demiz sebagai petahana pada akhirnya terkubur setelah RK memimpin perolehan suara, bahkan Demiz mampu disalip oleh Sudrajat yang sebelumnya tidak terlalu diperhitungkan,” tuturnya.

Selain mesin politik yang tidak bekerja maksimal, faktor lainnya adalah kemunculan terus menerus SBY di panggung politik justru mendowngrade Demokrat. 

“Pengaruh SBY setelah 10 tahun berkuasa telah meredup, apalagi ditambah dengan ambisi SBY yang begitu besar menjadikan AHY “sebagai penerusnya”. Hal ini dapat dilihat dari segala manuver yang dilakukan SBY untuk mendongkrak popularitas AHY,” terang Wenry.

AHY yang pensiun dini dari kariernya sebagai prajurit TNI demi menjadi politisi dan diusung Demokrat Cs dalam Pilgub Jakarta, tentu tidak mendapat simpati masyarakat. Buktinya, AHY terhenti pada putaran pertama yang saat itu Pilgub Jakarta ada tiga pasangan calon.

“Selama SBY terus menerus muncul dalam panggung politik nasional, maka selama itu pula kandidat-kandidat yang diusung Demokrat pada wilayah-wilayah strategis akan terjungkal. Apalagi bila SBY ngotot mendorong AHY sebagai capres-cawapres pada Pemilu 2019,” demikian Wenry. (ak.rmol)

Baca Juga

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker