Pencurian Data yang Sangat Sistematis Mengenai Pesawat Tempur Siluman di Australia

abadikini.com, ADELAIDE – Data sensitif tentang pesawat tempur siluman F-35 Australia dan program pesawat pengintai P-8 dicuri saat subkontraktor pertahanan diretas menggunakan alat yang banyak digunakan oleh penjahat siber Tiongkok.

Sebanyak 50 orang dari perusahaan rekayasa kedirgantaraan dipekerjakan pada Juli, tahun lalu. Namun badan keamanan siber nasional, Australian Signals Directorate (ASD), baru menyadari pelanggaran tersebut pada November, dan itu sangat sistematis, situs teknologi ZDNet Australia melaporkan.

Sekitar 30GB “data sensitif” yang dicuri merupakan subyek dengan akses terlarang berdasarkan peraturan pemerintah Amerika Serikat (AS) tentang Regulasi Perdagangan Senjata Internasional (ITAR). Hal itu dikatakan Mitchell Clarke dari ASD dalam sebuah konferensi keamanan pada Rabu (11/10/2017) menurut ZDNet.

Clarke, yang menangani kasus ini dan tidak menyebutkan nama subkontraktor tersebut, menyebutkan bahwa informasi tentang F-35, jet tempur generasi terbaru AS, serta P-8, sebuah kapal pemburu kapal selam canggih dan pesawat pengintai, telah terbuka.

Dokumen lain adalah diagram kerangka dasar dari salah satu kapal baru Angkatan Laut Australia, di mana seorang pemirsa bisa “melihat gambar yang diperbesar langsung ke kursi kapten”.

Para peretas memakai alat yang disebut “China Chopper” — karena menurut pakar keamanan banyak digunakan oleh aktor Tiongkok — dan sudah mendapatkan akses melalui server internet, katanya.

Di bagian lain jaringan, subkontraktor juga menggunakan layanan terkoneksi internet yang masih memiliki kata kunci standar “admin” dan “guest”.

Alat itu dibawa sebagai senjata dari serangan peretas berjulukan Alf, nama yang mirip karakter opera sabun populer di Australia.

Menteri Industri Pertahanan Australia Christopher Pyne berkata kepada wartawan di Adelaide bahwa “informasi yang mereka tembus bersifat komersial”.

“Itu tidak bersifat rahasia dan tidak berbahaya dalam hal militer,” katanya, seperti disitir The Hindu, Kamis (12/10/ 2017).

Pyne menambahkan bahwa Australia semakin menjadi sasaran penjahat siber karena menangani proyek kapal selam USD39 miliar (setara Rp526 triliun) yang dia gambarkan sebagai terbesar di dunia.

Negara ini juga berkomitmen untuk membeli 72 pesawat F-35A seharga USD17 miliar dolar. Dia tidak akan berkomentar siapa yang kemungkinan berada di balik pelanggaran tersebut. Hanya menyatakan bahwa pemerintah menghabiskan miliaran dolar untuk keamanan siber.

Pemerintah Barat sudah lama menuduh peretas asal Tiongkok suka merampok rahasia industri, perusahaan, dan militer. Bocoran itu muncul hanya beberapa hari setelah Asisten Menteri Keamanan Siber Australia. Dan Tehan, mengatakan ada 47.000 insiden siber dalam 12 bulan terakhir, sebuah kenaikan 15 persen dari tahun sebelumnya.

Kekhawatiran utama adalah 734 serangan ini melanda sektor swasta dan penyedia infrastruktur penting selama periode tersebut, kata Tehan.

Tahun lalu, Pusat Keamanan Siber (CCC) pemerintah mengungkapkan bahwa mata-mata asing memasang perangkat lunak berbahaya di sistem Biro Meteorologi dan mencuri sejumlah dokumen yang tidak diketahui banyaknya. (ak/ ZDNet Australia) 

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker