Mesir Juga Mencari Model Persatuan Bangsa
Ulasan Ir. Alexander David Pranata Boer
Ketua Bidang Komunikasi dan Opini Publik
DPP PBB
abadikini.com, JAKARTA – Kasus pidana penistaan agama di Mesir, seorang Ulama terkemuka di Kementerian Wakaf Mesir Salem Abdel Galil menghadapi tuntutan hukum karena tuduhan menghina agama yang dapat mengancam persatuan nasional setelah dia mengatakan Kamis lalu bahwa orang-orang Kristen dan Yahudi mengikuti agama-agama yang korup (tidak murni) dan tidak beriman.
Anggota parlemen Mesir (parlemen), MP Emad Gad mengumumkan bahwa mereka telah mengajukan tuntutan hukum terhadap Abdel Galil pada hari Kamis setelah melihat sambutannya dalam sebuah episode dari acara televisinya “Muslims Ask”, ditayangkan pada tanggal 3 Mei di TV Al-Mehwar.
MP Emad Gad mengatakan dalam pernyataan pers bahwa pernyataan Abdel Galil “tidak sesuai untuk fase pembentukan persatuan nasional bagi Mesir.”
Gad menambahkan bahwa masalahnya adalah Abdel Galil adalah seorang ulama terkemuka yang mewakili Kementerian Wakaf, dan bahwa saluran televisi bukanlah tempat yang tepat untuk apa yang dia katakan.
Beberapa anggota parlemen yang mengajukan tuntutan hukum terhadap Abdel Galil adalah Tharwat Bakheet, Emad Gad, Mohammed Abu Hamed, Ehab Mansour, Reda Nassif, Nadia Henry, John Talaat, dan Margaret Azer.
Abdel Galil akan diadili di Cairo Misdemeanor Court pada tanggal 24 Juni atas tuduhan penghinaan terhadap agama dan mengancam persatuan nasional, menurut pengacara Naguib Gibrail.
Sebagai reaksi atas pernyataannya, Menteri Wakaf Mokhtar Gomaa mengatakan pada hari Kamis bahwa Abdel Galil “tidak akan diizinkan untuk memimpin shalat Jumat kecuali jika dia mencabut komentarnya.”
Hassan Rateb, kepala TV Al-Mehwar, mengatakan pada hari Kamis bahwa dia membatalkan kontrak Abdel Galil dengan stasiun tersebut. Rateb menganjurkan agar Abdel Galil menyampaikan permintaan maaf kepada semua “saudara Kristen”.
Selanjutnya, Kompleks Penelitian Islam, yang berafiliasi dengan Al-Azhar, mengadakan sebuah pertemuan pada hari Kamis, yang dipimpin oleh Imam Besar Al-Azhar Ahmed Al-Tayeb, mengeluarkan sebuah pernyataan untuk mengutuk apa yang telah diucapkan Abdel Galil.
Kompleks tersebut mengatakan bahwa itu adalah ucapan Salem Abdel Galil pribadi dan bukan mewakili Al-Azhar, dan juga menolak untuk menyatakan murtad terhadap siapa pun.”
Setelah banyak mendapat kritikan, Abdel Galil pada laman Facebooknya mengatakan bahwa dia sedang menjelaskan sebuah ayat Alquran dan tidak bermaksud menyakiti perasaan orang-orang Kristen.
Dia menambahkan bahwa dia meminta maaf karena “terganggunya perasaan orang-orang Kristen”, namun tidak akan pernah meminta maaf atas pemikirannya pada isi ayat Quran itu.
Dia menjelaskan bahwa bahkan jika umat Islam memandang non-Muslim sebagai “pengikut agama-agama korup,” maka itu bukan pula berarti boleh membunuh mereka atau merampas barang-barang mereka.
Ini masalah dakwah dan penyampaian pemikiran yang menggunakan ruang publik, yang mana ruang publik tersebut ternyata harus tunduk pada hukum yang mengatur untuk selalu dalam suasana damai dan sejuk.
Keresahan lain yang dibuat oleh Abdel Galil sebelumnya adalah mengatakan bahwa Muhammad menikah dengan Perawan Maria di surga.
Jadi Abdel Galib menghadapi kecaman banyak pihak yang terganggu akibat ucapannya. Namun sejauh ini tokoh dan pemimpin Mesir sangat obyektif dan tidak terjerumus pada masalah yang menghasilkan akibat buruk pada suasana saling hujat. (DPB)



