Warga Jepang Peringati 5 Tahun Tragedi Gempa Dan Tsunami 2011 Lalu.

abadikini.com, Tokyo – Warga Jepang memperingati lima tahun tragedi gempa dan tsunami dahsyat yang meluluhlantakkan Tohoku, bagian timur laut Pulau Honshu. Seluruh warga Jepang kompak menundukkan kepala saat hening sejenak untuk mengenang tragedi mematikan tahun 2011 lalu.

Pada 11 Maret 2011 lalu, gempa bumi berkekuatan 9 Skala Richter (SR) mengguncang wilayah pantai Tohoku dan memicu tsunami dahsyat setinggi 17 meter. Nyaris 20 ribu orang tewas dalam tragedi kemanusiaan memilukan ini. Tsunami dahsyat itu memicu bencana lain, yakni kebocoran pada pembangkit nuklir Fukushima Dai-chi dengan tiga reaktor meleleh dan menyebarkan radiasi ke area sekitar, hingga mengontaminasi perairan, makanan dan udara.

Seperti dilansir Reuters, Jumat (11/3/2015), sekitar pukul 14.26 waktu setempat, waktu yang sama ketika gempa mengguncang pada tahun 2011 lalu, bel berbunyi di pusat Tokyo dan wilayah Jepang lainnya. Warga pun menghentikan aktivitasnya dan menundukkan kepala sejenak.

Seluruh operasi kereta bawah tanah di Tokyo dihentikan sejenak selama 1 menit, untuk menghormati para korban tragedi gempa dan tsunami tahun 2011. Sedangkan bendera setengah tiang dikibarkan di sejumlah gedung pemerintahan setempat.

Upacara peringatan resmi digelar di Tokyo dan dihadiri sekitar 1.200 orang termasuk para korban selamat. Perdana Menteri Shinzo Abe serta Kaisar Akihito yang juga hadir, ikut menundukkan kepala di depan karangan bunga berwarna kuning dan putih saat masa hening sejenak.

Tahun 2011 lalu, lebih dari 160 ribu orang terpaksa dievakuasi dari kota-kota setempat. Sekitar 10 persen di antaranya masih tinggal di rumah sementara di sepanjang prefektur Fukushima. Sebagian besar memilih tinggal di kota lain dan memulai kehidupan baru. Sebagian area di Fukushima bahkan masih dinyatakan sebagai zona terlarang karena radiasi yang tinggi.

Dana miliaran dolar dihabiskan pemerintah Jepang untuk membangkitkan kembali warga yang terpukul bencana itu. Mulai dari menaikkan daratan demi melindungi warga dari gelombang besar, hingga membersihkan area yang terkontaminasi radioaktif. Namun masih ribuan warga yang memilih tinggal di rumah sementara yang berbentuk seperti barak militer.

“Saya merasa jumlah orang yang tak tahu apa yang harus dilakukan, yang tidak mau berusaha bangkit, terus bertambah. Hati mereka masih berkeping-keping,” ungkap bekas nelayan dari Rikuzentakata, Kazuo Sato. Wilayah pantai Rikuzentakata rata dengan tanah usai diterjang tsunami dahsyat tahun 2011. (jhon.ak)

Baca Juga

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker