Pemerintah Alokasikan 5,9 Triliun KUR Untuk Petani Kopi

abadikini.com, BANDAR LAMPUNG – Pemerintah mengalokasikan Rp 5,9 triliun dari Kredit Usaha Rakyat (KUR) tahun ini untuk petani kopi, dalam upaya meningkatkan produktivitas lahan kopi yang masih sangat rendah. Kredit dengan bunga ringan tersebut hanya akan disalurkan untuk intensifikasi lahan kopi petani.

Keputusan tersebut diambil setelah Wakil Presiden, Jusuf Kalla menggelar rapat tertutup dengan Menteri Pertanian, Amran Sulaiman, Gubernur Jambi Zumi Zola, Gubernur Lampung Ridho Fichardo, dan sejumlah pengusaha serta eksportir biji kopi.

“Untuk meningkatkan produksi kopi nasional, termasuk Lampung. Apalagi Lampung salah satu yang terbesar produsen kopi, agar kopi dari per hektar 1,2 ton dengan bantu petani dari pupuk hingga bibitnya. Itu untuk meningkatkan produktivitas,” kata Jusuf  Kalla ditemui di Rumah Jabatan Gubernur Lampung, Bandar Lampung, Sabtu (13/2/2016).

Menurut Wapres, produktifitas lahan petani kopi lokal sangat rendah, bahkan jauh lebih rendah ketimbang Vietnam yang baru memulai pengembangan kopi pada 1970-an.

“Dulu produksi kopi Vietnam setahun 630.000, sekarang naik dua kali lipat 1,2 juta ton. Kita masih 600.000 ton dari dulu sampai sekarang. Padahal kita yang lebih dulu, kita yang ajari mereka,” kata JK.

Ditemui di tempat yang sama, Menteri Pertanian, Amran Sulaiman menjelaskan, plafon Rp 5,6 triliun tersebut dialokasikan masing-masing untuk intensifikasi sebesar Rp 4,4 triliun, dan sisanya Rp 1,5 triliun untuk penanaman kembali (replanting).

“Jadi hasil rapatnya ada bantuan intensifikasi untuk kredit, bunganya hanya 9%, total plafon per tahun ini Rp 4,4 triliun itu untuk intensifikasi. Kemudian skim untuk replanting itu kurang lebih Rp 1,5 triliun, keduanya khusus kopi saja,” ujar Amran.

Secara khusus lanjut Amran, pihaknya menargetkan bisa melakukan intensifikasi pada lahan kopi seluas 100.000 hektar hingga akhir tahun lewat penyaluran KUR tersebut.

“Sekarang intensifikasi minimal 100.000 hektar di 2016 akan dipercepat, Lampung 30% dari produksi nasional. Jadi Lampung ini terbesar. Karena masalah selama ini persoalannya tanaman ini nggak terpelihara dengan baik,” ujarnya. (andi.ak)

Baca Juga

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker