BNPB Pasang 50 Unit Sistem Peringatan Dini Di Daerah Rawan Longsor

abadikini.com, JAKARTA – Badan Nasional Penanggulangan Bencana telah memasang 50 unit sistem peringatan dini rawan longsor yang dipasang di daerah-daerah rawan longsor sebagai langkah antisipasi bencana longsor.

Pemasangan 50 unit sistem peringatan dini tersebut dilakukan oleh BNPB bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) serta Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

Selain memasang alat deteksi dini, BNPB juga melatih masyarakat agar dapat melakukan antisipasi bencana secara mandiri, dengan membentuk kelompok siaga bencana.

“Masyarakat kita latih, masyarakat bisa buat denah di sekitarnya, membuat kelompok-kelompok siaga bencana dan mampu melakukan antisipasi,” kata Sutopo di Kantor BNPB, Jakarta, Rabu (10/2/2016).

Sutopo mengatakan bahwa 50 unit tersebut belum mampu memantau seluruh Indonesia. Masih perlu ratusan ribu tambahan sistem peringatan dini longsor untuk lebih mengefektifkan antisipasi bencana.

Langkah lain yang lebih efektif adalah mengantisipasi bencana longsor adalah menyangkut tata ruang. Menurut Sutopo, dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, disebutkan bahwa penyusunan tata ruang harus berazaskan peta rawan bencana.

“Dengan kondisi seperti itu, hendaknya tata ruang dibuat menyesuaikan wilayah-wilayah yang rawan bencana, baik longsor, banjir, tsunami, erupsi gunung, dan sebagainya,” ujar Sutopo.

Apabila wilayah pemukiman terlanjur padat, maka pemerintah daerah diharapkan memiliki perhatian lebih untuk melindungi masyarakat dengan membangun mitigasi struktural, seperti penguatan tebing dan penghijauan.

Selain itu, dapat pula dilakukan dengan membatasi masyarakat untuk membangun rumah-rumah yang dekat dengan lereng atau daerah-daerah rawan bencana.

Sutopo menambahkan, ada pula upaya mitigasi non-struktural, yaitu melalui pendidikan, pelatihan, sosialisasi, melakukan latihan-latihan bencana, dan sebagainya.

Masyarakat dan pemerintah daerah diharapkan juga semakin sadar lingkungan mengingat saat ini pengetahuan terkait penanganan bencana masih belum signifikan.

“Pengetahuan masyarakat tentang kebencanaan belum menjadi sikap. Belum menjadi perilaku masyarakat,” ujarnya.(asep,ak)

Baca Juga

Berita Terkait
Close
Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker