Argentina.. Ohh Argentina..

SEMUA pencinta sepak bola pastilah memahami bahwa “goyang” Tango hanya sebanding bila disandingkan dengan “goyang” Samba-nya Brazil. Namun dalam perhelatan Piala Dunia 2018 di Rusia kali ini sepertinya “goyang” Tango tidak begitu menarik bagi penikmat olahraga sepak bola dunia. Bukan cuma tidak menarik, bahkan beberapa komentar mengatakan bahwa “goyang” Tango kali ini tidak lebih baik dari pada tiktok-nya “Dalinda”.

Ada beberapa kelemahan yang dipertontonkan oleh tim Tango Argentina dalam perhelatan olahraga akbar sepakbola dunia yang berlangsung mulai 14 Juni-15 Juli 2018 di negeri “beruang” Rusia. Sehingga “goyang” Tango pun kehilangan “rasa” untuk disuguhkan bagi penikmat si kulit bundar.

Yang pertama adalah start awal yang kurang “greget”. Melawan tim sekelas Islandia, tim Tango dibuat tak berdaya dengan hanya bermain imbang berbagi satu gol. Itu pun Messi yang digadang-gadang akan menghancurkan pertahanan Islandia dibuat tak berkutik. Termasuk ketika diberi kesempatan untuk membuka pundi-pundi gol lewat titik putih. Ketiadaan faktor “leader” dalam tim Tango pun menjadi masalah kurangnya greget saat berhadapan dengan tim non unggulan seperti Islandia. Begitu juga saat bertanding laga Kroasia pada pertandingan kedua, tidak ada greget untuk tampil sebagai pemenang meski telah tertinggal satu atau dua gol.

Kelemahan kedua adalah hancurnya mental bertanding. Hal ini tidak menampilkan mental “sang juara” dari tim sekelas Argentina. Tim Tango dengan mudah menyerah kepada tim Kroasia yang “menghancurkannya” lewat skor telak. Hancurnya mental bertanding itu terlihat dari kelemahan sektor pertahanan Argentina yang membuat kesalahan tidak penting. Faktor mental itu pula yang dieksploitasi oleh Kroasia yang akhirnya menang besar dengan angka 3 gol tanpa balas. Pun pada laga perdana, tidak tampak “spirit” untuk memperbaiki keadaan menjadi dominan terhadap lawan.

Dan yang terakhir adalah faktor “kebintangan” individu yang ada dalam tim Tango akan sangat berpengaruh bagi solidnya sebuah tim yang bekerja berdasarkan sebuah kebersamaan. Sosok seorang pelatih yang tidak mampu mengendalikan faktor kebintangan setiap individu dalam sebuah tim akan menghadapi banyak kendala yang berakibat pada kurangnya soliditas sebuah tim. Dan tentunya juga akan berpengaruh besar pada “daya gempur” tim untuk mencapai hasil yang besar. Jangankan untuk mencapai hasil yang besar, justru Argentina menempatkan timnya sebagai lumbung bagi tim-tim dalam satu grup untuk mendulang poin maupun gol. Apa yang dialami oleh tim Argentina sebenarnya berbanding terbalik dengan Kroasia maupun Islandia yang menerapkan semua punggawa timnya untuk menjadi “pekerja keras”.

Menembus Lubang Jarum

Ada sebuah “asa” bagi tim Tango untuk lolos ke babak berikutnya. Karena dengan posisi sebagai juru kunci dalam grup saat ini, Argentina masih menyisakan satu pertandingan yang sangat “krusial”. Lawan berikutnya adalah Nigeria. Permainan keras dan tak kenal menyerah yang kerap diperagakan oleh Nigeria telah memakan korban yaitu Islandia. Sementara tuntutan melawan Nigeria adalah wajib Menang! Menang menjadi “garansi” bagi Argentina untuk melaju ke babak berikutnya dengan predikat runner-up.

Bersiap untuk menghadapi tim juara Piala Afrika itu, Argentina tidak boleh tampil apa adanya sebagaimana yang sudah-sudah. Harus ada cara “ekstrim” yang harus ditempuh oleh pelatih Jorge Sampaoli untuk mengubah tipikal permainan tim Tango. Meski ini akan mengubah “image” banyak orang terhadap Argentina yang selalu mempertontokan sepak bola indah, namun upaya untuk meloloskan tim pada babak berikutnya merupakan prioritas utama. Dan cara tersebut mestilah berkaca kepada lawan-lawan Argentina sendiri pada pertandingan pertama dan kedua. Beberapa kelemahan yang telah dibahas oleh penulis di atas menjadi bahan utama untuk membuat rencana “tidak lumrah” tersebut. Juan Sebastian Veron pun mengatakan bahwa tidak adanya “seseorang” yang bertindak sebagai “leader” baik di lapangan maupun ruang ganti menjadi penyulut ego dari kebintangan para punggawa tim Tango.

Tentunya rencana ini harus pula didukung penuh oleh seluruh punggawa tim Argentina. Dengan bersatu padu dan melepaskan semua atribut kebintangan yang dimiliki, maka sudah sepantasnya Argentina berhak untuk melaju ke babak berikutnya.

Hal ini juga tak akan lepas dari hasil dari pertandingan antara Kroasia melawan Islandia di pertandingan akhir grup D. Argentina pun secara sukarela harus menyembah langit, laut dan gunung-gunung yang ada di seluruh Rusia agar Kroasia mampu mengalahkan atau paling tidak menahan imbang Islandia. Dengan demikian maka upaya tim Tango untuk menembus babak enam belas besar akan terbuka setelah berhasil meniti lubang jarum yang begitu sempitnya.[***]

Rivelson Saragih
Analisis dan reporter dadakan.

Baca Juga

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker