Ungkapan Donald Trump Terkait Gejala Perubahan Iklim

Abadikini.com, WASHINGTON – Urusan suhu planet bumi bukan urusan penting maka tidak layak dikuatirkan sampai puluhan negara perlu bersatupadu dalam gerakan menghadapi Gejala Perubahan Iklim. Hal ini diungkapkan Donald Trump sebagai alasan Amerika Serikat keluar dari kesepakatan Paris atas Gejala Perubahan Iklim.

“Pihakaya, tidak mau tahu bahwa apabila suhu planet bumi terus memuncak sampai ke titik maksimal tertentu berarti telah tiba saat apa yang disebut sebagai kiamat,”ungkap Trump.

Seperti diberitakan sebelumnya, menurut catatan NOAA rata-rata temperatur marcapada pada tahun 2014 adalah 14.58 derajat Celsius yang berarti 0.69 persen di atas rata-rata suhu bumi di abad XX. Tetapi catatan NASA dengan 14,68 derajat Celcius agak lebih tinggi ketimbang NOAA.

Sementara lembaga meteorologi Jepang dan University of California Berkeley membenarkan NOAA maupun NASA dalam hal suhu planet bumi pada tahun 2014 memang merupakan rekor tertinggi. NOAA malah makin mendramatisir laporannya dengan menyatakan bahwa bulan Desember 2014 merupakan bulan terpanas sejak data suhu bumi dicatat.

Ilmuwan Universitas Rutgers, Jennifer Francis tidak mau ketinggalan nimbrung dengan komentar bahwa dunia masa kini adalah yang terpanas sejak minimal 5000 tahun maka seyogianya manusia menghentikan keraguannya bahwa manusia sedang gigih bersaing dalam memanaskan planet bumi tercinta ini.

Semua itu dibenarkan oleh direktur NOAA’s National Climate Data Center, Tom Karl dengan membeberkan data yang membenarkan bahwa setiap benua di dunia ini pada tahun 2014 memecahkan rekor suhu terpanas masing-masing. Data bahwa 9 dari 10 tahun terpanas terjadi pada sejak tahun 2000 dibenarkan dengan data kemungkinan 650 juta dibanding 1 oleh ahli statistik Universitas Karolina Selatan, John Grego yang rame-rame didukung oleh para ahli statistik lainnya.

Organisasi Meteorologi Dunia memproyeksikan bahwa 2017 berada di antara tahun-tahun terpanas yang pernah ada di seluruh dunia. “Meskipun kekurangan El Niño, yang biasanya terkait dengan tahun-tahun terpanas kami, 2017 masih ditandai dengan suhu yang sangat hangat,” kata Dr Karl Braganza, kepala pemantauan iklim Biro Meteorologi Nasional Australia Rabu, (10/1/2018) seperti dimuat BBC.

Biro tersebut juga dalam laporan yang sama mengatakan tujuh dari sepuluh tahun terberat Australia telah terjadi sejak tahun 2005. Hanya satu tahun, yakni 2011, memiliki suhu yang lebih dingin daripada suhu rata-rata. Ini juga menegaskan bahwa Great Barrier Reef telah mengalami pemutihan massal selama bertahun-tahun karena suhu laut yang tinggi. (bob.ak/trc)

Baca Juga

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker