Ketua DPR: Politikus Jangan Remehkan Media Sosial

Abadikini.com – Saat ini, big data di dunia maya menjadi elemen penting dalam politik. Perkembangan teknologi informasi dan era digital meniscayakan big data sebagai salah satu jurus untuk memenangi pilkada, pemilu legislatif maupun presiden zaman now.

Demikian disampaikan Ketua DPR RI Bambang Soesatyo. Wakil ketua Koordinator Bidang Pratama DPP Partai Golkar itu menjelaskan, media sosial dan kecanggihan teknologi akan memengaruhi penilaian masyarakat terhadap partai politik, politisi, kandidat kepala daerah ataupun calon presiden. Sedangkang bagi politikus, teknologi digital memudahkan untuk memahami demografi, termasuk karakter masyarakat dan pemilih.

“Di zaman old, para politisi biasanya menganalisis potensi perolehan suara berdasarkan distrik. Misalnya, dengan membagi dapil berdasarkan mayoritas-minoritas. Setelah adanya big data, para politisi bisa memanfaatkannya untuk memetakan demografi, sejarah kontribusi pemilih dalam politik, pandangan politik pemilih hingga urusan remeh seperti konsumsi media, aktivitas di media sosial hingga status kepemilikan rumah atau kendaraan,” tutur Bamsoet.

Mantan wartawan itu lantas mencontohkan pemanfaatan data pengguna Facebook oleh Cambridge Analytica untuk memenangkan Donald Trump dalam Pilpres Amerika Serikat 2016. Padahal, dalam berbagai survei sebelumnya menempatkan popularitas Hillary Clinton mengungguli Trump.

“Trump telah membuktikan keampuhan penggunaan big data dari Facebook untuk memenangkan Pilpres Amerika Serikat, walaupun akhirnya Facebook terkena imbas negatif akibat kebocaran data penggunanya yang dimanfaatkan untuk kepentingan politik,” kata Bamsoet, dalam acara Orientasi Fungsionaris Partai Golkar, di Jakarta.

Menurut Bamsoet, penggunaan big data di Pilpres AS bukanlah hal baru. Bahkan pada Pilpres AS 2004, George W Bush telah memanfaatkan big data dalam sebagai strategi kampanye politiknya.  Hal serupa juga dilakukan Barack Obama. Bahkan, tim kampanye Obama membentuk tim analis data yang terdiri dari 100 staf analis untuk memastikan target pemilih. 

“Negara lain juga telah memanfaatan big data dalam pemilunya. Pada Pemilu di Kenya tahun 2013, Uhuru Kenyatta menggandeng Cambridge Analytica untuk mengolah data pemilih guna menghadirkan kampanye yang tepat sasaran. India dan Malaysia juga akan menggunakan big data dalam Pemilu di negara tersebut,” papar legislator yang aktif di medsos itu.

Karena itu Bamsoet meyakini pemanfaatan big data untuk strategi pemenangan pemilu di Indonesia tidak akan sukar diterapkan. Terlebih, saat ini pengguna smartphone di Indonesia mencapai 160 juta pengguna. Tak hanya itu, pengguna media sosial aktif  di  Indonesia mencapai 130 juta orang dengan rata-rata berselancar di media sosial antara 23 menit hingga 3 jam setiap harinya. Hanya saja, kata Bamsoet, belum semuanya termanfaatkan secara maksimal.

“Padahal, siapa yang mampu memanfaatkan big data akan unggul dalam bidang apa saja, baik bisnis, intelijen, politik serta bidang lainnya. Data yang ada bisa diolah menjadi salah satu senjata utama dalam memenangkan berbagai pertarungan, termasuk pertarungan politik,” demikian Bamsoet. (ak/rmol)

Baca Juga

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker