HUAWEI Dukung Visi Transisi Energi RI

Abadikini.com, JAKARTA – Raksasa teknologi asal China Huawei mendukung program transisi energi pemerintah RI tahun 2021-2060 secara tidak langsung via penyediaan teknologi dengan fokus pada teknologi informasi dan komunikasi (TIK/ICT).

“Lebih secara tidak langsung ikut. Tentunya dengan konsep intelligent satu hingga tiga,” kata Direktur ICT Strategy & Business Huawei Indonesia Mohamad Rosidi di sela-sela Huawei Indonesia Media Camp, di Raja Ampat, Papua Barat, Rabu (25/11).

“Konsepnya strategi objektif. Kami dukung ke arah sana, dengan koordinasi dengan stakeholder ke arah sana,” lanjutnya.

Hal ini dikatakannya merespons potensi keikutsertaan Huawei dalam proyek-proyek transisi energi pemerintah nantinya.

Dalam paparannya bertajuk ICT Industry Outlook – Accelerating Digital Economy Post Covid-19, Rosidi menyebut ada tiga inti mesin dari intelligent society; konektivitas, komputasi awan (cloud computing), dan kecerdasan buatan (AI).

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif, dalam Indonesia Pathway to Net Zero Emission-Enegy Transition, Kamis (21/10), mengungkapkan sejumlah langkah transisi energi menuju zero net emission untuk periode 2021-2060.

Strategi pertama, melalui pengembangan energi baru terbarukan (EBT) secara masif. Kedua, pemensiunan atau retirement Pembangkit Listrik Tenaga Fosil secara bertahap sesuai dengan umur pembangkit.

Tahapannya, ia mencontohkan, pada 2031 mengoptimalkan pemanfaatan energy storage seperti pump storage, Battery Energy Storage System (BESS), dan hydrogen fuel cell secara bertahap.

Pada 2040, menyetop penjualan sepeda motor berbahan bakar fosil. Pada 2050, menghentikan penjualan mobil konvensional. Hal itu diiringi dengan dorongan penggunaan kendaraan listrik.
Mulai 2045, lanjutnya, penggunaan energi nuklir dengan kapasitas 35 Gigawatt pada 2060 dan membangun konektivitas antar pulau serta mengembangkan implementasi smart grid dan smart meter.

Pada 2060, peningkatan kapasitas pembangkit energi baru terbarukan (EBT) hingga 635 GW.
Rosidi juga menyebut industri pada dasarnya “mendukung milestone” transisi energi pemerintah tersebut. Namun, untuk ikut serta secara langsung, pihaknya masih bergantung pada permintaan pihak terkait.

“Tergantung demand and supply. Kalau ada permintaan kita suplai,” ucapnya.
“Kita open untuk kolaborasi sesuai strategi nasional. Tapi nanti akan ketemu kompetisinya, mana yang berkualitas,” ujar dia, menyinggung soal proses tender proyek pemerintah.

Sementara itu CEO Huawei Indonesia Jacky Chen dalam presentasinya Rabu (24/11), mengaku memperkuat berkomitmen untuk berkontribusi di Indonesia, terutama penyediaan teknologi hijau.

Bentuknya, sinergi dengan berbagai pemangku kepentingan, yakni pemerintah, industri, dunia pendidikan, komunitas, serta media.

“Kebijakan global yang juga menjadi salah satu prioritas kami untuk Indonesia adalah penyediaan technology for green planet,” ujar Chen.

“Keseriusan kami untuk membantu seluruh sektor di Indonesia menjawab isu mendesak yaitu perubahan iklim dan target netral karbon pada 2060, kami menghadirkan unit bisnis baru Huawei Digital Power,” urainya.

Unit bisnis baru ini, lanjut Chen, melengkapi solusi ICT yang dihadirkan sesuai komitmen ‘I DO’ untuk Indonesia.

Dalam mendukung transisi energi ini, CEO Digital Power Huawei Indonesia Andy Liu mengatakan pihaknya menyediakan produk yang ramah energi listrik terbarukan seperti transportasi listrik, infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi yang hijau, dan energi berbasis teknologi secara terintegrasi.

Ketua Bidang Regulasi, Hukum dan Kebijakan Telematika Masyarakat Telematika Indonesia (MASTEL) Johny Siswadi menilai korporasi “dapat menyumbangkan pengetahuan serta kepakarannya dalam membantu para pemangku kepentingan dalam merumuskan serta menerapkan kebijakan-kebijakan terkait adopsi serta komersialisasi teknologi-teknologi mutakhir seperti 5G”.

Baca Juga

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker