Ini Alasan Politisi Gerindra Desak Jokowi Pecat Sri Mulyani

Abadikini.com, JAKARTA — Politisi Partai Gerindra Iwan Sumule memberikan komentarnya tentang pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani.

Sri Mulyani blak-blakkan membongkar keluh kesahnya dalam merealisasikan janji kampanye Presiden Joko Widodo saat Pilpres 2019 lalu.

Janji kampanye pasangan calon presiden dan wakil presiden yang sensitif terhadap kondisi keuangan negara membuat Sri Mulyani sangat resah.

Saking resahnya, Sri Mulyani mengaku bahwa dirinya kerap merasa sakit perut jika mengingat janji tersebut.

“But that’s the beauty of election. Nanti pihak mana menjanjikan apa, gratis apa, yang lain juga enggak mau kalah, menggratiskan yang lainnya. Saya jadi sering sakit perut,” ujar Sri Mulyani di Jakarta, Kamis (30/1/2020), dikutip dari Kompas.com.

Ucapan Sri Mulyani tersebut ternyata menyita perhatian Iwan Sumule.

Lewat cuitan di akun Twitternya Iwan Sumule menanggapi ucapan Sri Mulyani.

Iwan Sumule menilai bahwa curhatan Sri Mulyani tersebut bisa dijadikan patokan Jokowi untuk mengambil langkah tegas kepada salah satu Menteri Kabinet Indonesia Maju tersebut.

Tak tanggung-tanggung, Iwan Sumule meminta Jokowi untuk memecat Sri Mulyani.

“Pak @jokowi mohon pecat menkeu SMI, mosok bilang @jokowi yg berjanji, dia (SMI) yg mules,” tulis Iwan Sumule di akun Twitternya.

Lantas Iwan Sumule membandingkan kerugian negara yang telah dibuat Sri Mulyani dengan kebijakan ‘Kartu Gratis’ yang dibuat Jokowi.

“Padahal menkeu SMI bikin utang banyak, dgn bunga tinggi pula, jauh lebih merugikan negara dibanding janji mulia Pak @jokowi dgn ‘Kartu Gratis’,” pungkasnya.

Curhatan Sri Mulyani Soal Janji Kampanye Jokowi di Pilpres 2019

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku memiliki kesan tersendiri selama masa kampanye Pemilu Presiden dan Wakil Presiden April 2018 lalu.

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut mengaku kerap merasa resah lantaran masing-masing pasangan calon presiden dan wakil presiden kala itu terus memberikan janji-janji yang sensitif terhadap kondisi keuangan negara.

“But that’s the beauty of election. Nanti pihak mana menjanjikan apa, gratis apa, yang lain juga enggak mau kalah, menggratiskan yang lainnya. Saya jadi sering sakit perut,” ujar Sri Mulyani di Jakarta, Kamis (30/1/2020).

Kekhawatiran Sri Mulyani pun terwujud usai Pemilu. Dia mengatakan, banyak tagihan yang harus dia anggarkan dalam APBN akibat janji-janji kampanye Presiden Joko Widodo.

“Ini iya saya curcol. Itu waktu selesai election, bill-nya datenglah itu drrrrttt banyak banget. Dan itu harus reflecting dalam APBN,” ujar dia.

Salah satu janji kampanye Jokowi yang paling membuat Sri Mulyani was-was adalah Kartu Pra Kerja. Sebab Jokowi memberikan janji untuk memberikan kartu pra kerja kepada kepada 2 juta penduduk dengan alokasi anggaran Rp 10 triliun.

Padahal, Sri Mulyani mengaku tak memiliki perhitungan untuk mengalokasikan program tersebut ke dalam anggaran.

“Salah satu yang di-promise Presiden kala itu kartu pra kerja Rp 10 triliun. Ini saya tanya ‘Pak ini gimana caranya?’ kemudian Pak Presiden bilang ‘Udah dipikirin nanti saja. Pokoknya kampanye dulu,” jelas dia.

Untuk itulah, Sri Mulyani segara melakukan perhitungan dalam proses realisasi program tersebut. Dan proses yang dibutuhkan menjadi lebih singkat karena bantuan teknologi.

“Cepet cari supply demand-nya, untungnya crowdsourcing untuk ide itu cepat,” ujar dia.

Sumber Berita
Tribunnews

Baca Juga

Berita Terkait
Close
Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker