Menko Luhut Sebut Ketegangan AS-Iran Tak Ganggu Ekonomi Indonesia

Abadikini.com, JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan menegaskan meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan Iran tak mempengaruhi investasi ke dalam negeri. Luhut juga mengaku tidak khawatir atas sentimen kenaikan harga minyak global yang mungkin terjadi akibat imbas ketegangan AS-Iran tersebut.

“Di sana tegang-tegang, di sini rileks, makanya jangan dikit-dikit tegang-lah,” katanya, Senin (6/1).

Luhut mengatakan bukti kesantaian hubungan tersebut bisa dilihat dari hubungan investasi Indonesia dengan AS yang masih berjalan baik. Bahkan dia mengaku akan menerima kunjungan dari perwakilan US International Development Finance Corporation (DFC) pada Jumat (10/1) mendatang.

Ini merupakan lembaga independen yang menyediakan pembiayaan untuk proyek-proyek swasta AS.

“Mereka akan datang kemari membawa uang untuk investasi di BUMN dan juga di beberapa proyek,” ucapnya dilansir CNN Indonesia.

Namun demikian, ia belum mau merinci total investasi yang akan dibawa oleh lembaga pembiayaan independen AS tersebut. Ia hanya menyebutkan proyek-proyek milik perusahaan pelat merah yang akan ditawarkan kepada investor asal Negeri Paman Sam berbentuk, jalan tol, hotel, dan rumah sakit.

“Besok kami akan diskusi waktu mereka datang, tadi Pak Erick (Menteri BUMN) sudah menyiapkan ada beberapa,” tuturnya.

Hubungan AS dengan Iran belakangan ini memanas. Peningkatan ketegangan tersebut terjadi setelah AS membunuh Mayor Jenderal Qassem Soleimani. Ia merupakan komandan korps pengawal revolusi pasukan elit Quds Iran.

Serangan itu meningkatkan kekhawatiran pasar terhadap ketegangan di Timur Tengah yang bisa mengganggu produksi minyak di kawasan tersebut. Maklum, Timur Tengah menyumbang hampir sepertiga pasokan minyak mentah global.

Pada Jumat (3/1) pekan lalu, harga minyak berjangka Brent untuk pengiriman Maret terbang US$2,35 ke level US$68,60 per barel. Sementara, harga minyak WTI untuk pengiriman Februari naik US$1,87 ke level US$63,05 per barel.

Baca Juga

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker