Cerita Warga Yang Sering Lihat “Hantu Tanpa Kepala” di Rel Kereta Bintaro Jakarta

Abadikini.com, JAKARTA- Tergambar wajah letih di raut muka Wagiman 60 tahun, warga Pondok Betung, Bintaro, Jakarta Selatan. Jarum jam saat itu menunjukkan pukul satu malam, dingin bercampur sepi. Sesekali deru kendaraan yang melintas memecah keheningan malam.

Sambil mengisap sebatang rokok, pria yang kesehariannya berjualan pulsa ini membersihkan etalase di kiosnya. Dia mengusap kaca etalase itu perlahan dengan kain yang sudah mengumal. Dia menyadari waktu sudah meninggalkan malam berganti hari. Saatnya untuk beristirahat, gumannya dalam hati.

Saat hendak menutup pintu kiosnya, Wagiman mendengar suara anak kecil yang riang bermain. Suara itu bersumber dari sebelah timur tempatnya berada. Pria yang badannya mulai mengurus ini melongokkan kepalanya keluar. Ada rasa penasaran dalam dirinya. Dia tidak melihat sesuatu.

Rasa penasaran semakin menjadi. Lalu memutuskan keluar rumah agar bisa menyaksikan lebih jelas. Dari kejauhan, Wagiman mendapati seorang anak sedang bermain di tengah rel kereta api. Jaraknya sekitar 300 meter dari tempatnya berada. Dia mengucek kedua matanya, seolah tidak percaya mendapati seorang anak pada dini hari berada di tengah perlintasan rel.

Pria yang sudah puluhan tahun mendiami rumah yang berada pinggir rel kereta api ini menyadari anak itu bukan warga kampungnya.

“Saya pikir kan warga sini kali. Tapi pas lihat jam, sudah jam 1 malam. Anak siapa yang main tengah malam gini,” ujarnya kepada Tagar, Kamis, 31 November 2019.

Dia menyadari, si bocah yang bermain di tengah rel tersebut bukan anak biasa atau sosok manusia pada umumnya. Dia menyadari sedang mengalami penampakan dalam wujud seorang anak.

“Kesimpulan saya seperti itu, karena memang banyak cerita mistis di sekitar sini,” kata Wagiman.

Ya, tempat di mana Wagiman bertinggal, dulunya ada tragedi kematian yang luar biasa. Tragedi itu Senin, 19 Oktober 1987. Peristiwa itu kemudian dikenal dengan Tragedi Bintaro. Dua kereta api bertabrakan dari arah berlawanan layaknya adu banteng, merenggut ratusan nyawa penumpang.

Sudah 32 tahun tragedi itu berlalu. Namun bisik–bisik cerita horor masih lestari. Cerita mistis tentang tragedi itu tidak lekang dimakan waktu, masih abadi sampai detik ini.

Seperti yang dialami Wagiman saat mendapati penampakan seorang bocah di tengah rel kereta api.

“Mungkin si anak yang saya lihat itu satu dari sekian banyak korban yang meninggal saat kecelakaan kereta api dulu,” katanya.

Banyak cerita hantu yang menyebar dari mulut ke mulut menjadikan wilayah tersebut semakin menambah keangkeran. Wagiman bukan sekali dua kali menyaksikan penampakan makhluk halus ini. Kadang makhluk astral ini menunjukkan wujudnya, kadang hanya mengabarkan dengan suara–suara yang tidak bisa dilihat dengan kasat mata.

Mendengar suara rintihan manusia kesakitan kerap didengar warga, termasuk Wagiman. Rintihan itu menyayat hati tapi membuat merinding.

“Saya sering mendengar suara rintihan yang memilukan, terdengar di lintasan kereta api Bintaro,” ungkap dia.

Langkah Gontai Hantu Tanpa Kepala di Rel Kereta

Menurut Wagiman, si penjual pulsa itu, dari sekian penampakan makhluk astral ini, ada yang paling menyeramkan. Warga sekitar juga sering melihatnya. Sosok makhluk gaib itu tidak lain adalah hantu tanpa kepala.

“Banyak warga sekitar mengaku pernah melihat sosok hantu tanpa kepala yang bolak–balik di daerah ini,” ujarnya.

Menurut sesepuh warga setempat, hantu tanpa kepala belum pernah terlihat sebelum Tragedi Bintaro. Namun setelah insiden yang menewaskan 156 orang itu, sosok hantu tanpa kepala sering menampakkan eksistensinya di dunia nyata.

“Warga lalu berkesimpulan, hantu tanpa kepala itu tidak lain juga korban kecelakaan maut Bintaro,” ujar Wagiman.

Sosok hantu tanpa kepala ini tidak bersuara, tidak merintih kesakitan atau menangis. Hantu ini hanya berjalan bolak–balik di sekitar perlintasan rel kereta.

“Seakan sedang mencari bagian kepalanya yang hilang akibat kecelakaan,” kata dia.

Wagiman mengatakan, hantu tanpa kepala yang berjalan dengan langkah gontai ini tidak setiap saat menampakkan dirinya. Biasanya muncul selepas Magrib hingga tengah malam.

“Hantu tanpa kepala ini biasanya terjadi pada malam Jumat,” ujarnya.

Warga lainnya, Erna juga beberapa kali mendengar rintihan orang–orang kesakitan. Suara rintihan itu berasal dari arah rel kereta api yang tidak jauh dari rumahnya. Suara rintihan itu didengarnya saat malam menjelang pagi. Suasana yang sepi dan senyap menjadikan suara rintihan itu terdengar jelas.

Saat itu, Erna terjaga dari tidurnya, lalu ke kamar mandi yang terletak di bagian belakang rumahnya. Di balik tembok kamar mandi yang berjarak 200 meter dari perlintasan rel itu, terdengar suara rintihan orang kesakitan.

“Ada suara orang kayak meringis kesakitan minta tolong. Suara itu terdengar sangat jelas di balik tembok rumah,” ujar Erna.

Penampakan horor di sekitar rel Bintaro tidak hanya dilihat warga sekitar. Makhluk halus ini juga mengganggu para pejalan kaki dan pengguna kendaraan yang sedang melintas di kawasan itu. Salah satunya dialami Wahyu, 40 tahun, driver ojek online.

Saat itu, Wahyu sedang melewati ruas jalan yang berada di SMAN 86 Jakarta setelah mengantar penumpang. Dia memutuskan balik rumah karena waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Tidak lupa dia mematikan aplikasi jasa antar di ponselnya. Wahyu kaget bukan kepalang saat melewati ruas Jalan Bintaro Permai IV No. 36, Bintaro, Kecamatan Pesanggrahan, Kota Jakarta Selatan ini.

Wahyu tidak tahu nama hantu yang menyeramkan yang dilihatnya itu. Mungkin sejenis genderuwo.

“Pas saya ngelewatin SMA 86 tuh saya melihat ada sosok hitam. Tinggi gede, matanya merah ngeliatin saya sampai hampir mau menabrak pohon,” kata Wahyu.

Si ojek online ini mengaku badannya gemetar tidak karuan melihat sosok yang menyeramkan itu. Jantungnya berdegup kencang saking takutnya.

“Tapi Alhamdulillah, untung saja Allah masih ngelindungin saya,” akunya.

Cerita mistis, horor dan aroma angker masih terasa meski kejadian Tragedi Bintaro sudah 32 tahun berlalu. Kecelakaan maut ini tercatat sebagai yang terdahsyat dan terburuk dalam dunia perkeretaapian di Tanah Air. Mayat–mayat berserakan. Sebagian dalam keadaan tidak utuh lagi, ada yang bagian kakinya hilang, kepalanya hancur atau terputus dari tubuh, daging yang ada di tubuhnya terpencar.

Bau khas darah yang anyir berkumpul menjadi satu diiringi jeritan manusia–manusia malang yang minta tolong karena terjepit besi–besi kereta. Ada yang meninggal dunia seketika, namun ada pula yang masih hidup namun dengan kondisi yang memprihatinkan.

Saat itu, Senin, 19 Oktober 1987, dua kereta api bernomor 225 jurusan Rangkasbitung–Jakarta dan KA 220 cepat jurusan Tanah Abang–Merak bertabrakan di dekat Stasiun Sudimara, Bintaro. Kejadian mengerikan ini terjadi pada jam sibuk saat orang–orang sedang berangkat kerja.

Kejadian ini menewaskan 156 orang serta 300 orang mengalami luka–luka baik itu luka ringan atau luka berat. Cerita mistis, horor, angker dan mencekam di kawasan ini bersumber dari kecelakaan maut Bintaro.

Sumber Berita
Tagar

Baca Juga

Berita Terkait
Close
Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker