42 Orang Tewas Saat Demo Rusuh Anti Pemerintah di Irak

Abadikini.com, JAKARTA – Korban tewas dalam unjuk rasa anti pemerintah yang kembali muncul di Irak bertambah menjadi 42 orang. Dalam menangani unjuk rasa, pasukan keamanan Irak dilaporkan menembakkan gas air mata dan peluru tajam.

Seperti dilansir AFP, Sabtu (26/10/2019), unjuk rasa ini merupakan fase kedua dari gerakan antipemerintah, yang pada awal Oktober lalu digelar selama sepekan dan menewaskan sedikitnya 157 orang. Unjuk rasa kembali berlanjut sejak pekan ini dan berujung bentrokan pada Jumat (25/10) waktu setempat.

Awalnya, aksi protes ini berjalan tertib pada Kamis (24/10) malam waktu setempat, dengan para demonstran memberikan bunga kepada para personel keamanan yang mengawal jalannya aksi. Menteri Dalam Negeri Iran bahkan bersikeras menyatakan polisi akan ‘melindungi’ demonstran.

Namun pada Jumat (25/10) malam waktu setempat, demonstran yang berasal dari berbagai wilayah Irak mulai melakukan aksi kekerasan. Setidaknya 42 demonstran dilaporkan tewas, dengan separuh di antaranya sempat menyerang markas faksi bersenjata atau lembaga pemerintahan setempat.

Dituturkan sejumlah sumber keamanan Irak kepada AFP bahwa 12 orang tewas di kota Diwaniyah. Mereka dilaporkan tewas saat melakukan pembakaran di markas organisasi berpengaruh Badr yang merupakan bagian dari pasukan paramiliter Hashed al-Shaabi yang populer di Irak.

Sebanyak 30 orang lainnya dilaporkan tewas akibat tembakan peluru tajam atau terkena tabung gas air mata yang ditembakkan saat aksi protes di wilayah Baghdad dan empat provinsi Irak lainnya. Angka itu didasarkan atas laporan oleh Komisi HAM Irak. Ada juga laporan yang menyebut beberapa orang tewas saat berusaha menyerbu markas kelompok faksi bersenjata lainnya, Asaib Ahl al-Haq.

Parlemen Irak dijadwalkan menggelar rapat khusus pada Sabtu (26/10) waktu setempat untuk membahas situasi ini.

Diketahui bahwa aktivis setempat mendorong warga Irak kembali turun ke jalan pada Jumat (25/10) waktu setempat untuk menandai setahun Perdana Menteri (PM) Adel Abdel Mahdi berkuasa. Hari Jumat kemarin juga menjadi batas waktu yang ditetapkan ulama Syiah terkemuka Irak, Ayatollah Besar Ali al-Sistani, terhadap PM Abdel Mahdi untuk menanggapi tuntutan demonstran. Pada dasarnya, unjuk rasa ini bertujuan melawan korupsi dan kesulitan ekonomi di Irak.

Dalam khotbah Jumat kemarin, perwakilan Al-Sistani mendorong demonstran dan pasukan keamanan Irak untuk saling menahan diri dan memperingatkan bahwa ‘kekacauan’ akan terjadi jika aksi kekerasan kembali terjadi.

Khotbah yang disampaikan Al-Sistani tampaknya menggaungkan paket kebijakan yang diajukan PM Abdel Mahdi, termasuk kampanye antikorupsi, dorongan untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan peningkatan kesejahteraan sosial. Namun para demonstran tidak yakin dengan janji-janji PM Abdel Mahdi itu.

“Adel Abdel Mahdi berbohong pada kita,” teriak demonstran di Baghdad.

“Mereka semua berbohong — mereka berbohong ketika mereka menjanjikan pekerjaan untuk kita dan ketika kita berunjuk rasa, mereka menembakkan gas air mata ke arah kita!” teriak salah satu demonstran lainnya.

Sumber Berita
Detik

Baca Juga

Berita Terkait
Close
Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker