Alaska Memanas, Ratusan Salmon Mati dengan Perut Terburai

Abadikini.com, JAKARTA – Dampak buruk perubahan iklim ekstrem di Alaska membunuh kawanan salmon dalam jumlah besar.

Para ilmuwan telah mengamati kematian beberapa varietas salmon Alaska, termasuk sockeye, chum dan salmon merah muda.

Stephanie Quinn-Davidson, direktur Yukon Inter-Tribal Fish Commission, mengatakan kepada CNN bahwa ia membawa sekelompok ilmuwan dalam ekspedisi di sepanjang Sungai Koyokuk Alaska pada akhir Juli, setelah penduduk setempat mengabarkan banyak salmon yang mati mengambang di sungai.

Dia dan para ilmuwan lain menghitung 850 ekor salmon mati saat itu, meskipun mereka memperkirakan total kemungkinan empat sampai 10 kali lebih besar.

Mereka mencari tanda-tanda virus dan parasit pada salmin yang mati mendadak, namun tak ditemukan. Hampir semua salmon yang mereka temukan memiliki “telur dalam perutnya,” katanya.

Karena kematian bertepatan dengan gelombang panas, mereka menyimpulkan bahwa stres akibat suhu panas adalah penyebab kematian massal salmon di Alaska.

Quinn-Davidson mengatakan dia telah bekerja sebagai ilmuwan selama delapan tahun dan “belum pernah mendengar kejadian seperti ini sebelumnya.”

“Saya tidak yakin orang-orang mengira bahwa jumlah kematian bisa sebanyak ini,” katanya.

Panasnya suhu air telah memecahkan rekor pada saat yang sama dengan suhu udara, menurut Sue Mauger, direktur sains untuk Cook Inletkeeper.

Para ilmuwan telah melacak level gelombang panas di sekitar Cook Inlet, yang terletak di selatan Anchorage, sejak 2002. Mereka tidak pernah mencatat suhu di atas 24,4 derajat Celcius seperti tahun ini.

Pada 7 Juli, suhu di habitat salmon utama di sisi barat Cook Inlet mencapai 43 derajat Celcius.

Mauger mengatakan dia dan timnya menerbitkan sebuah studi pada tahun 2016, menciptakan model yang menguraikan proyeksi moderat dan pesimistis tentang bagaimana perubahan iklim akan mendorong perubahan di aliran Alaska.

“2019 melebihi nilai yang kami harapkan untuk skenario terburuk pada 2069,” katanya.

Mauger mengatakan bahwa suhu hangat mempengaruhi salmon dalam berbagai cara, tergantung pada alirannya.

“Secara fisiologis, ikan tidak bisa mendapatkan oksigen bergerak melalui perut mereka saat suhu terlalu panas,” kata Mauger. Di tempat-tempat lain di negara bagian, salmon “tidak memiliki energi untuk bertelur dan mati dengan telur sehat di perut mereka.”

Populasi salmon juga mendapat tekanan dari sudut lain.

Penangkapan ikan berlebihan mengancam keberadaan salmon di barat daya Kanada dan barat laut Washington. Paus Orca, yang juga terancam punah, memakan salmon.

Dengan semakin sedikitnya salmon untuk dimakan, populasi paus orca terus menurun selama beberapa dekade terakhir.

Dan minggu lalu Badan Perlindungan Lingkungan mengatakan kepada staf ilmuwan bahwa mereka tidak akan lagi menentang proyek penambangan di Alaska yang berpotensi menghancurkan salah satu habitat salmon paling berharga di dunia, tepat setelah Presiden Trump bertemu dengan Gubernur Alaska Mike Dunleavy.

Tetapi di daerah lain, komentar jauh berbeda. “Salmon sangat ulet. Mereka bisa beradaptasi,” kata Mary Catharine Martin, juru bicara kelomopok Salmon State.

Bristol Bay, Alaska, perikanan salmon sockeye terbesar di dunia, setiap tahunnya menyaksikan masa-masa melimpahnya salmon, dan pada 2016 merayakan salmon ke-2 miliar yang ditangkap di perairannya, setelah lebih dari satu abad memancing secara komersial.

“Itu sangat bagus,” katanya. “Salmon telah menopang cara hidup masyarakat Alaska selama ribuan tahun.”

Editor
Irwansyah
Sumber Berita
Cnn

Baca Juga

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker