Makna Wayang-wayang ‘Politik’ di Antara Jokowi dan Prabowo

Abadikini.com, JAKARTA –  Joko Widodo dan Prabowo Subianto akhirnya berjumpa setelah Pilpres 2019 selesai dihelat. Mereka bertemu di Stasiun MRT Lebak Bulus pada Sabtu (13/7).

Mereka lantas naik MRT bersama menuju mal FX di bilangan Senayan, Jakarta. Di sana, Jokowi dan Prabowo menyantap makan siang di Sate Khas Senayan.

Ada yang unik dengan lokasi makan yang ditentukan Jokowi dan Prabowo. Di belakang meja makan yang mereka gunakan terpasang latar belakang dengan gambar tokoh-tokoh pewayangan.

Sepertinya, mereka ingin menyampaikan suatu pesan kepada publik. Terutama pendukungnya masing-masing yang selama ini berseteru selama Pilpres 2019 berlangsung.

Latar belakang tempat Jokowi dan Prabowo makan siang adalah gambar tokoh-tokoh punakawan dalam pewayangan. Tampak pula gambar gunungan.

Tokoh punakawan yang terpampang dalam latar belakang tempat Jokowi dan Prabowo makan antara lain Semar, Petruk, Gareng, Bagong, Togog, dan Bilung. Masing-masing tokoh memiliki karakter yang berbeda.

Dalam dunia pewayangan, tokoh punakawan adalah sosok pengabdi. Mereka mengabdi kepada raja, ksatria, atau pimpinan. Ada pula yang hanya mengabdi kepada orang yang memberinya makan. Secara garis besar, mereka adalah lakon pengabdi.

Semar, misalnya, adalah punakawan yang paling terkenal. Dia merupakan pengasuh sekaligus penasihat para ksatria dalam wiracarita Mahabharata dan Ramayana.

Lokasi tempat makan Jokowi dan Prabowo, saya rasa, tidak mungkin dipilih secara acak. Pasti memang sudah dirancang untuk tujuan tertentu.

Ketika Jokowi dan Prabowo duduk bersama, kemudian di belakang mereka terpampang tokoh-tokoh punakawan, saya kira para peserta Pilpres 2019 itu ingin menyampaikan pesan bahwa mereka hanya sebatas pengabdi. Tentu layaknya Semar dan kawan-kawan.

Kepada siapa Jokowi dan Prabowo mengabdi? Jawabannya adalah rakyat Indonesia.

Dalam konteks negara demokrasi, rakyat adalah raja. Bahkan, kita pun mengenal istilah vox populi vox dei, atau suara rakyat adalah suara Tuhan. Dengan kata lain, posisi rakyat di atas segala-galanya.

Pemilihan punakawan sebagai simbol untuk menyampaikan pesan tertentu juga tidak lepas dari latar belakang Jokowi dan Prabowo. Keduanya adalah orang Jawa yang mana memang gemar dengan wiracarita pewayangan sejak dulu.

Tidak heran jika mereka menyukai dan kerap mengambil nilai luhur dari kisah pewayangan.

Jokowi dan Prabowo, mungkin, juga ingin menyampaikan pesan bahwa Indonesia memiliki warisan budaya luhur dan patut diilhami oleh generasi masa kini. Itu nampak ketika punakawan yang dipilih sebagai latar belakang meski saat ini adalah era globalisasi.

Gunungan di Antara Jokowi – Prabowo

Jokowi dan Prabowo telah menunjukkan sikap yang penuh kedamaian. Mereka saling bersalaman dan berpelukan. Pula, bercengkerama serta saling tertawa meski sebelumnya berseteru dalam Pilpres 2019.

Selain itu, Jokowi dan Prabowo juga sudah menyampaikan pesan bahwa mereka sebatas pengabdi rakyat.

Lantas, apa kelanjutan dari pertemuan Jokowi dan Prabowo?

Sebenarnya, Jokowi dan Prabowo sudah menyampaikan seperti apa kelanjutan hubungan mereka. Juga melalui gambar yang menjadi latar belakang tempat mereka makan.

Selain punakawan, dalam latar belakang terpampang gambar gunungan. Simbol itu juga akrab bagi mereka yang menggemari kisah pewayangan.

Gunungan adalah simbol awal dan akhir pertunjukkan wayang. Gunungan selalu ditampilkan sebelum dan sesudah pertunjukkan wayang digelar.

Gunungan ditampilkan di sana, menurut saya, karena Jokowi dan Prabowo ingin menyampaikan pesan bahwa pertunjukan Pilpres 2019 telah usai. Sudah tidak perlu ada lagi perseteruan.

Gunungan ditampilkan di sana juga bisa bermakna bahwa Jokowi dan Prabowo ingin membuka lembaran baru. Lembaran baru itu lah yang menjadi pertanyaan selanjutnya.

Tidak bisa dilupakan bahwa Jokowi dan Prabowo adalah politikus. Bahkan, level elite yang memiliki basis massa yang sangat besar.

Karenanya, terlalu dini jika Jokowi dan Prabowo disebut bakal bekerja sama membangun Indonesia dalam satu gerbong pemerintahan. Ya, mereka memang sudah berdamai secara simbolik, tetapi politik adalah politik.

Politik, dalam arti yang paling mulia, adalah upaya bersama untuk mencapai tujuan yang baik demi kepentingan bersama. Akan tetapi, politik juga mengandung arti yang kurang baik jika ditilik dari segi empirik.

Politik kerap diidentikkan sebagai upaya sekelompok orang untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Dan Jokowi serta Prabowo adalah politisi beda partai yang mana memiliki tujuan dan kepentingan masing-masing.

Kita atau publik memang hanya bisa menafsirkan apa yang terjadi di permukaan level elite. Kita mungkin tidak pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi di balik awan politik, bahkan saat dia terang-benderang.

Editor
Irwansyah
Sumber Berita
cnn

Baca Juga

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker