Aksi 22 Mei Upaya Makar yang Gagal

Abadikini.com, JAKARTA – Direktur Imparsial Al Araf menyoroti aksi 22 Mei yang berujung kerusuhan. Aksi tersebut dinilai upaya makar yang gagal.

“Ya suatu upaya (makar) yang gagal karena membaca kondisi objektif yang tidak utuh,” kata Araf dalam diskusi di Kantor DPP Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Jakarta, Rabu, 29 Mei 2019.

Araf menilai ada syarat yang tidak terpenuhi untuk mendorong terjadinya gerakan yang berujung pada penggulingan pemerintahan yang sah seperti 1998. Prasyarat dimaksud yakni krisis atau ketimpangan ekonomi.

“Ada satu prasyarat kondisi objektif yang tidak terpenuhi yakni krisis ekonomi ataupun soal kesetaraan ekonomi,” ungkapnya.

Menurut Araf, situasi lain yang tidak mendukung terjadinya kudeta adalah soliditas TNI. Konteks hari ini, kata dia, pejabat dan prajurit TNI aktif tergolong solid dan tak ada yang berbelok.

Araf menilai Aksi 22 Mei merupakan konflik kekerasan politik akibat sengketa pemilu. Situasi ini kerap terjadi di beberapa negara, misalnya, Nigeria dan Kenya. Pemicunya, ketidakpuasan terdahap hasil Pemilu. Aksi juga diyakini bertujuan mendelegitimasi hasil pemilu.

“Oleh siapa? Mereka yang kalah sehingga menggunakan cara konflik kekerasan politik untuk mendelegitimasi pemilu,” ujarnya.

Araf mengatakan ada sejumlah kelompok yang ingin menunggangi momentum pengumuman Pemilu yang lalu. Salah satunya, kelompok teroris. Ini bisa dibaca dari penangkapan sejumlah terduga teroris sebelum aksi 22 Mei.

“Itu menunjukkan kelompok penunggang gelap pertama yang berafiliasi dan menggunakan cara terorisme untuk memperkeruh situasi,” paparnya.

Araf mengatakan tujuan politik kelompok penunggang gelap itu diyakini bukan hanya soal sengketa pemilu, tapi membuat kerusuhan di seluruh pelosok Tanah Air.

“Mungkin berharap Indonesia dalam konteks Suriah. Makanya penangkapan masif dilakukan di beberapa tempat,” ungkapnya.

Editor
Irwan
Sumber Berita
Medcom
Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker