Menaklukkan Jawa, Menguasai Indonesia di Pemilu

Abadikini.com, JAKARTA – Sebagai pulau dengan populasi terpadat, Pulau Jawa punya nilai sangat strategis dalam Pemilu Presiden 2019. Siapa yang bisa menguasai Jawa, bisa dipastikan bisa jadi jawara di Pemilu.

Peneliti Saiful Mujani Research Consulting (SMRC), Sirojudin Abbas mengatakan Pulau Jawa masih medan tarung utama Jokowi dan Prabowo. Menurutnya, Pulau Jawa memiliki jumlah daftar pemilih tetap (DPT) yang paling banyak dibandingkan wilayah lainnya di Indonesia.

“Jawa tetap episentrum. Hampir 60 persen total populasi nasional,” kata Sirojudin.

Senada, pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI) Ujang Komarudin menyebut bisa menang di wilayah Jawa akan membawa kemenangan secara nasional. “Menaklukkan pemilih di Pulau Jawa sama juga dengan membuka ruang kemenangan,” ujarnya.

Data Pemilih Tetap di Pulau Jawa berjumlah 110.686.810 orang dari total 192.866.254 orang pemilih. Artinya 57,29 persen pemilih ada di Pulau Jawa.

Jumlah ini tersebar di enam provinsi dengan rincian DKI Jakarta 7.761.598, Jawa Barat 33.270.845, Jawa Tengah 27.896.902, Daerah Istimewa Yogyakarta 2.731.874, Jawa Timur 30.912.994 dan Banten 8.112.477.

Jawa Barat adalah provinsi dengan DPT tertinggi se-Indonesia.

Ujang mengatakan sejumlah langkah yang bisa dilakukan untuk merebut suara di Jawa adalah dengan merangkul kepala daerah baik tingkat provinsi maupun kabupaten dan kota. Selain itu, para kandidat dan tim kampanye bisa meyakinkan masyarakat dengan program yang terbaik.

“Juga door to door menyapa dan meyakinkan masyarakat dengan program-program terbaik,” ujarnya.

Dengan jumlah DPT terbanyak, Jawa Barat menurutnya jadi wilayah bergengsi untuk dimenangkan pasangan calon.

Jokowi dinilai tak mau kehilangan muka dengan kalah kembali dari Prabowo seperti pada Pilpres 2014. Saat itu Prabowo mendapat 59,78 persen suara, sedangkan Jokowi 40,22 persen suara.

“Dan memang sudah terlihat upaya kampanye tim Jokowi di sana,” kata dia.

Lima tahun lalu, Jokowi menang di DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur. Sementara Prabowo hanya menang di Banten dan Jawa Barat. Perolehan suara Prabowo di dua provinsi tersebut cukup signifikan. Sedangkan Jokowi menang telak di Jawa Tengah.

Secara total, tahun 2014 Jokowi mengalahkan Prabowo dengan perolehan suara 70,9 juta atau 53,15 persen. Sedangkan Prabowo-Hatta mendapat 62,5 juta atau 46,85 persen.

Total suara sah 133,5 juta. Ada selisih suara di antara mereka sebesar 8,4 juta. Ditinjau sebaran kemenangan di tingkat provinsi, Jokowi menang di 23 provinsi dan luar negeri, sementara Prabowo hanya di 10 provinsi.

Peneliti lembaga survei Saiful Mujani Research Consulting (SMRC), Sirojudin Abbas memprediksi akan terjadi perubahan peta suara pada Pilpres 2019. Menurut Sirojudin, perubahan peta cenderung meluaskan ceruk suara Jokowi.

Sirojudin mengatakan salah satu perubahan suara akan terjadi di Jawa Barat dan Banten. Dari data yang dimiliki SMRC, Jokowi diprediksi masih bisa ungggul di tanah Pasundan pada pemilihan tahun ini.

“Setidaknya kalau pun tidak dimenangkan, jarak keunggulan Pak Prabowo tidak sebesar di 2014,” katanya kepada CNNIndonesia.com, Kamis (12/4).

Pada Pilpres 2014, di Jawa Barat Prabowo mendapat suara 14,1 juta, sementara Jokowi hanya 9,5 juta. Prabowo unggul 10 persen. Di Banten dan faktor Ma’ruf Amin inilah dinilai Jokowi kemungkinan bisa membalikkan keadaan.

“Jarak kemenangan Prabowo di 2014 itu hampir hilang di Banten dan Jawa Barat,” ujarnya.

Meski demikian, Sirojudin mengatakan Prabowo masih bisa mempertahankan kemenangan di sebagian wilayah Sumatra, seperti Aceh, Sumatra Barat, Riau, dan Sumatra Selatan. Kemudian untuk wilayah Kalimantan, menurut Sirojudin, berpotensi terbelah. Jokowi diprediksi unggul di Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur, sementara Prabowo bisa menang tipis di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Wilayah baru yakni Kalimantan Utara dari sisi populasi tak akan menjadi perhatian serius masing-masing kandidat.

“Itu kecil populasinya, enggak terlalu penting dari sisi populasi,” katanya.

Editor
Irwansyah
Sumber Berita
CNN

Baca Juga

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker