Hoaks Sebabkan Elektabilitas Prabowo-Sandi Tergerus

Abadikini.com, TANGERANG SELATAN – Penyebaran berita hoaks berpengaruh negatif terhadap elektabilitas calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) dalam Pilpres 2019, sekalipun bukan capres dan cawapres itu langsung yang menyebarkannya. Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Lingkar Madani Indonesia, Ray Rangkuti.

Ray menuturkan, meskipun yang menyebarkan hoaks itu adalah kelompok atau seseorang yang dekat dengan kandidat , hoaks tersebut tetap akan terasosiasi dengan kandidat yang dekat dengan penyebarnya.

“Tidak ada keuntungannya sama sekali bermain hoaks. Karena begitu ada asosiasi yang terbangun bahwa hoaks itu datang dari kandidat, tentu saja bukan bisa kandidat tidak macam-macam, tapi orang-orang yang dianggap berhubungan atau kelompok si kandidat tertentu,” kata Ray di kawasan Ciputat, Tangerang Selatan, Sabtu (19/1/2019) malam.

Ray memberi contoh hoaks dalam kasus penganiayaan aktivis Ratna Sarumpaet, dan tujuh kontainer berisi surat suara pemilu yang telah tercoblos.

“Soal Ratna dan isu tujuh kontainer surat suara tercoblos. Saya pikir kalau model ini dipakai, yang kami lihat adalah kemandekan elektabilitas. Itu menunjukkan bahwa mereka yang terasosiasi penyebaran hoaks dalam politik langsung diberi sanksi juga oleh publik,” tutur Ray.

Ray mengatakan hoaks ini membuat elektabilitas pasangan capres dan cawapres nomor urut 2 tidak berkembang dalam waktu 1,5 bulan terakhir. Di sisi lain, elektabilitas pasangan calon presiden nomor urut satu Joko Widodo dan cawapres Ma’ruf Amin meningkat.

“Sekarang stagnan di angka 31 persen dan 32 persen sampai sekarang sudah 1,5 bulan. Justru Pak Jokowi yang sedikit agak naik,” kata Ray.

Ray mengatakan seiring berjalannya waktu, masyarakat akan memiliki kesadaran publik untuk melawan hoaks dengan melakukan proses verifikasi fakta.

“Kalau terus menerus menggunakan hoaks dalam ranah politik, artinya pada tingkat tertentu sudah ada kesadaran publik dalam sebuah informasi itu benar atau tidak,” ujar Ray.

Editor
Boby Winanto
Sumber Berita
CNN

Baca Juga

Berita Terkait
Close
Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker