Akademisi Ungkap Penyebab Hilangnya Ikan Bilih di Singkarak

Abadikini.com, PADANG – Pengamat perikanan dan kelautan Universitas Bung Hatta Padang, Hafrijal Syandri mengatakan, ada empat penyebab ikan bilih (Mystacoleucus padangensis) hilang di Danau Singkarak. Hal ini terkait dengan keluhan nelayan yang kesulitan menangkap ikan bilih.

“Keempat penyebab utama hilangnya ikan khas daerah tersebut dan ini harus disikapi secara serius oleh pemangku kepentingan dan masyarakat sekitar danau,” kata dia di Padang, Rabu (14/11) dikutip dari republika.co.id.

Menurut Hafrijal, penyebab pertama adalah akumulasi penangkapan yang dilakukan sejak 10 tahun terakhir. Dari data yang dimilikinya pada 2001 ada sebanyak 894 unit jaring langli dengan ukuran mata pancing tiga per empat atau lima per delapan.

Hafrijal mengatakan, ukuran tersebut sangat kecil dan membuat ikan bilih tidak berkembang biak karena yang kecil ikut tertangkap oleh nelayan. “Penangkapan secara masif tersebut membuat keberadaan ikan bilih tidak berlanjut ke generasi berikutnya dan menyebabkan ikan tersebut hilang saat ini,” ujar dia.

Kedua, lanjutnya keberadaan bagan milik masyarakat yang jumlahnya mencapai 450 unit di Kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah Datar. Bagan ini memiliki mata pancing berukuran kecil dan menangkap ikan berukuran kecil yang sebenarnya tidak dapat dimanfaatkan.

Kemudian yang ketiga, keberadaan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di kawasan danau tersebut ikut mempengaruhi ekosistem dan membuat ikan tidak memiliki tempat untuk bertelur. “PLTA ini membuat fluktuasi air begitu cepat dan membuat ikan sulit berkembang biak karena pasir di tepi danau menghilang akibat permukaan air yang naik,” kata Hafrijal.

Selain itu sebab yang keempat adalah keberadaan ikan nila yang dipelihara oleh masyarakat di danau tersebut. Menurut dia ikan nila merupakan ikan invasif yang berbahaya karena menjadi predator di ekosistemnya.

“Ikan nila yang terlepas dari keramba masyarakat terlepas dan memakan anak-anak ikan bilih sehingga tidak dapat berkembang biak lagi,” ujar dia.

Ia menyarankan agar bagan ini tidak lagi diprioritaskan oleh masyarakat sebagai mata pencaharian karena berdampak pada kelestarian ekosistem di Danau Singkarak. “Walau mata pancing bagan diganti menjadi lebih besar hal ini tidak akan berdampak banyak dan tetap merusak lingkungan,” kata dia.

Ia mengusulkan nelayan sekitar Danau Singkarak agar berpindah dari nelayan bagan menjadi nelayan menggunakan jaring Langli dengan ukuran minimum mata pancing tiga per empat ke atas. Tujuannya untuk menjaga kelestarian ikan bilih di danau tersebut.

“Atau sebaiknya fokus pada bidang pariwisata dan masyarakat menjadikan pariwisata sebagai mata pencaharian utama mereka,” ujarnya.

Sebelumnya, puluhan nelayan Danau Singkarak mengadu ke DPRD Sumatra Barat, Rabu (15/11). Sebabnya, Peraturan Gubernur Nomor 81 Tahun 2017 yang melarang penggunaan bagan di danau tersebut telah mengganggu nafkah mereka.

Ketua Asosiasi Nelayan Danau Singkarak Hendri Andi saat bertemu anggota DPRD Sumbar di Padang, mengatakan sejak enam bulan terakhir kondisi perekonomian warga sangat sulit. Ini karena tidak ada lagi ikan bilih (Mystacoleus padangensis) yang ditangkap. (ak.ant.rep)

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker