Pasar Keuangan Asia Terseret Akibat Krisis Ekonomi di Turki

Abadikini.com, JAKARTA – Mata uang negara-negara berkembang anjlok pada perdagangan hari ini (13/8), sementara saham-saham di bursa Asia bertengger di zona merah sebagai dampak krisis keuangan yang tengah melanda Turki.

Mata uang Turki, lira anjlok hingga ke posisi terendah, akibat kekhawatiran keretakan dengan Amerika Serikat (AS). Pada perdagangan siang ini, lira turun 3,45 persen.

Adapun sepanjang tahun ini, lira sudah anjlok sebesar 77,78 persen. Investor khawatir aksi jual lira bisa memiliki efek riak di pasar keuangan global, terutama pada euro, rand Afrika Selatan, dan peso Meksiko yang sudah terimbas krisis Turki.

Lira mencapai rekor terendah sekitar 7,24 per dolar AS pada sesi perdagangan awal. Rand Afrika Selatan tergelincir ke tingkat terendah sejak pertengahan 2016.

Rupee India juga mencapai titik terendah sepanjang sejarah. Sementara rupiah Indonesia mencapai titik terendah sejak 2015, sehingga mendorong Bank Indonesia BI) segera melakukan intervensi.

Gelombang penjualan dipicu pada hari Jumat ketika Presiden Donald Trump mengumumkan sanksi AS yang lebih tinggi pada ekspor baja dan aluminium Turki, menyebabkan lonjakan dalam pengukur volatilitas nilai tukar negara emerging market.

Pasar Rusia juga merasakan hal serupa pada minggu lalu setelah sanksi mengejutkan dilakukan oleh Washington.

“Ini terlalu dini untuk menyimpulkan berapa lama dan seberapa besar dampaknya akan berkembang,” kata Kim Doo-un, Ekonom yang berbasis di Seoul di KB Securities, seperti dikutip dari Reuters, Senin (13/8/2018).

“Saya berharap negara-negara berkembang, yang memiliki hubungan duri dengan Trump, menjadi yang pertama menderita arus keluar modal. Tren penguatan dolar AS akan terjadi sepanjang minggu ini,” tambahnya.

Mata uang dan obligasi yang selama ini dirasa paling aman (save heaven) mengalami penguatan. Indeks dolar mendekati puncak pada tahun ini. Demikian pula dengan yen Jepang.

Namun, aksi jual tidak terbatas pada pasar negara berkembang. Euro jatuh ke posisi terendah lebih dari satu tahun di tengah kekhawatiran tentang eksposur bank Eropa ke Turki.

BBVA Spanyol, UniCredit Italia, dan BNP Paribas dari Prancis memiliki operasional yang cukup besar di Turki, di antara bank-bank zona Euro.

Ketakutan penularan krisis menggema di pasar keuangan terlihat dari setiap indeks saham Asia yang terjebak di zona merah pada hari ini.

Namun, beberapa analis melihat gejolak saat ini sebagai peluang untuk mengambil aset murah.

“Asia seharusnya tidak melihat efek penularan secara fundamental, karena krisis yang sedang berlangsung di Turki tidak memiliki eksposur yang berarti terhadap negara-negara itu,” kata analis di DBS Singapura dalam sebuah catatan. (ak.cnn)

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker