92 Persen Berita Hoax Kesehatan dari Media Sosial

Abadikini.com, JAKARTA- Semakin majunya dunia teknologi komunikasi memberikan dampak yang cukup signifikan bagi masyarakat. Masyarakat pun dengan mudah bisa mendapatkan informasi dengan cepat, melalui berbagai channel internet.

Namun begitu, gencarnya media sosial dan internet yang begitu cepat, banyak kabar palsu atau hoax yang beredar di masyarakat, salah satunya adalah di bidang kesehatan. Banyak informasi yang tidak akurat dan cenderung menyesatkan orang.

Praktisi kesehatan, dr. Cindhe Puspito, menjelaskan bahwa penyebaran informasi hoax di bidang kesehatan ternyata lebih banyak melalui sosial media.

“Sebanyak 92 persen lebih besar melalui saluran sosial media seperti facebook, twitter. Disusul oleh aplikasi chat seperti whatsapp, bbm sebesar 62 persen, disusul situs web diposisi ketiga dan televisi diposisi keempat,” kata Cindhe dalam acara Ngopi bareng MAFINDO Jakarta Membedag Hoax Kesehatan di Museum Nasional Jakarta, Sabtu 31 Maret 2018.

Dia melanjutkan untuk televisi paling banyak didapati di dalam sebuah sinetron yang disisipkan ke dalam cerita sinetron tersebut. Dari bentuk dan saluran berita hoax, ternyata hanya radio saja yang bersih dari unsur atau penyebaran beritahoax.

Cindhe menjelaskan alasan mengapa berita hoax bisa begitu cepat diterima ke dalam otak masyarakat. Ini tidak lain, kata dia karena berita hoax menggunakan kata-kata yang begitu bombastis dan menggunakan gambar yang begitu menarik masyarakat. Sebab, berita hoax memang ditujukkan untuk membuat resah dan menularkannya kepada orang lain.

“Berita hoax memang lebih menarik dibanding berita sesungguhnya. Karena kalau kita liat berita yang benar di literatur itu isinya tulisan semua dan gambarnya sedikit, kita harus baca berulang-ulang untuk paham. Karena memang kan membaca literatur itu sulit,” tutur dia.

Dia melanjutkan, hal ini berbeda drastis dengan berita hoax. Berita ini umumnya sedikit tulisan namun banyak gambar yang banyak.  “Dari sini kelihatan bahwa kita itu enggak mau banyak baca. Kita itu males baca, sukanya yang singkat-singkat,” ujar dia.

Cindhe menyarankan agar masyarakat jangan malas untuk mencari informasi yang benar. Jangan sampai berita hoax itu menyesatkan diri sendiri.

“Jangan berhenti ketika dapat berita-berita yang beredar. Cek kebenarannya, buka websitenya (kadang suka tercantum alamat web di berita yang diterima) lihat kontrn di dalamnya seperti apa. Jangan ditelan mentah-mentah,” tutur dia. (ak/viva)

Baca Juga

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker