Pernah Debat dan Nyaris Dilempar Mikrofon, Ini Cerita Panjang Fahri Hamzah dengan AM Fatwa

Saat itu, debat antara Fahri dan AM Fatwa berakhir ricuh, bahkan Fatwa pun nyaris melempar mikrofonnya ke arah Fahri. Namun Fahri tetap menghormatinya sebagai orang tua

Pokok Artikel
  • Beliau termasuk yang dipenjara lama karena tuduhan-tuduhan politik di masa lalu. Lebih dari 12 tahun menjalani penjara yang vonisnya seumur hidup. Keaktifannya di organisasi-organisasi Islam seperti PII, HMI dan lain-lain membuatnya menjadi dikenal luas di kalangan Islam dan non-Islam.

abadikini.com, JAKARTA- Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah punya cerita menarik dengan AM Fatwa. Ketika itu Insiden terjadi dalam forum Indonesia Lawyers Club (ILC) di stasiun televisi TV ONE, beberapa waktu lalu. Ketegangan tersebut terjadi antara Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah, dan Ketua Badan Kehormatan Dewan Perwakilan Daerah AM Fatwa.

Saat itu, debat antara Fahri dan AM Fatwa berakhir ricuh, bahkan Fatwa pun nyaris melempar mikrofonnya ke arah Fahri. Namun Fahri tetap menghormatinya sebagai orang tua karena menurutnya  dia mengerti mengapa AM Fatwa ketika itu emosi

“Semua orang tua termasuk Pak Fatwa Yang saya kenal lama adalah orang tua saya, sebagian emosinya saya mengerti. Tapi Saya periksa videonya saya tidak ada menyerang pribadi siapapun.” Kata Fahri beberapa waktu lalu.

Namun hari ini Kamis (12/12/2017) Indonesia kehilangan sosok AM Fatwa, Mantan Wakil Ketua MPR itu menghembuskan nafas terakhirnya sekitar pukul 6.25 pagi, Kamis (14/12/2017) di Rumah Sakit MMC Jakarta. 

Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah merasa kehilangan dengan sosok legenda pejuang gigih AM Fatwa. Berita meninggalnya Tokoh Nasional AM Fatwa mendapat simpati luar biasa dari segenap anak bangsa termasuk Fahri. Fahri Hamzah mengenang kebersamaan dengan AM Fatwa dalam detik-detik Reformasi Mei 98.

Menurut Fahri Hamzah, AM Fatwa adalah  legenda politik yang kan selalu dikenang bersama. Berikut tweets Fahri Hamzah:

Saya mengenal Pak Fatwa sejak lama sekali di banyak momentum. Sebagai orang Sumbawa beliau juga pernah tinggal lama di kampung saya di Sumbawa. Sebagai tokoh Bugis di Jakarta kami juga sama-sama memiliki darah Bugis kelahiran Bone. Waktu saya tiba di Jakarta saya sudah mengenal beliau sebagai tokoh yang melegenda. Beliau terlibat dalam peristiwa-peristiwa poliitk pada masa lalu baik orde lama maupun orde baru.

Beliau termasuk yang dipenjara lama karena tuduhan-tuduhan politik di masa lalu. Lebih dari 12 tahun menjalani penjara yang vonisnya seumur hidup. Keaktifannya di organisasi-organisasi Islam seperti PII, HMI dan lain-lain membuatnya menjadi dikenal luas di kalangan Islam dan non-Islam. Sebelum saya menjadi anggota DPR kami bersama-sama di banyak tempat sebelum reformasi dan saat reformasi. Bersama almarhum Adi Sasono kami bersama aktif di ICMI dan bersama Prof Amien Rais kami bersama mendorong reformasi.

Saya ingat, malam itu 20 Mei 1998 berangkat dari rumah Prof Malik Fadjar di kawasan Menteng kami meninjau kawasan Monas yang kabarnya sudah dikepung tentara. Kami bertiga dengan pak Amien Rais naik mobil pak Fatwa, sebuah Toyota Kijang berwarna merah hati. Setelah melihat Monas yang dipenuhi alat persenjataan berat kami kembali ke Menteng dan memutuskan untuk membatalkan aksi damai keesokan harinya yang ternyata malah pak Harto mengundurkan diri 21 Mei 1998.

Lalu kami pernah bersama-sama di DPR dan MPR. Saya mengenal secara dekat sekali cita-cita dan perjuangannya sejak awal sehingga saya mengerti kemampuan dan pandangan politiknya. Dia seorang politisi Islam yg memiliki observasi yang sangat luas pada persoalan sejarah, ke-Islaman dan ke-Indonesian.

Menurut saya, dia itu seperti sisa akhir dari peninggalan politik Islam dari masa lalu, karena itulah kepergiannya membuat kita kehilangan orang yang pernah menguasai pentas politik di negeri ini. Mudah-mudahan kita mengambil banyak contoh dari pak AM Fatwa. Beliau merupakan politisi yang sangat senior dan meninggalkan bekas yang sangat mendalam bagi saya dan bagi masyarakat Indonesia

Terakhir saya ada perbedaan pendapat tentang KPK sampai beliau sangat marah. Tapi entah mengapa pada hari berikutnya beliau mengirim surat meminta maaf, dan kami pun bertemu. Dalam kesempatan itu beliau ada permintaan khusus terkait masa depan politik saya pasca PKS tetapi saya mendiskusikannya secara santai.

Selamat Jalan Pak Fatwa.
Kami semua pasti menyusulnmu.
Allahummaghfirlahu warhamu waafihi wafuanhu.

Baca Juga

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker