Ironi Wajah Ibu Kota, RW 17 Penjaringan Wilayah Terkumuh di Jakarta

abadikini.com, JAKARTA – Gersang, berdebu, panas kesan pertama saat pertama kali memasuki kawasan Jalan Muara Baru Raya, Penjaringan, Jakarta Utara. Deru mesin kendaraan bermotor dan kendaraan industri saling berpacu di tengah lautan manusia yang mengadu nasib di ibu kota.

Suryani (55), tampak masih biasa menjalani rutinitas mengasuh kedua cucunya. Rumahnya hanya berjarak beberapa meter dari sisi Waduk Pluit. Memasuki rumahnya harus melalui celah gang sempit diantara rumah-rumah warga lainnya.

Bangunan semi permanen miliknya berdiri di atas endapan lumpur Waduk Pluit ditopang dengan beberapa pondasi semen, seperti rumah panggung. Di depan rumahnya ada dua gentong besar penampung air bersih. Itulah yang bisa dipergunakan untuk sarana MCK yang ia beli setiap harinya.

Suryani hanyalah satu dari ribuan warga yang menghuni kawasan RW 17. Puluhan ribu warga saling berbagi tempat mengadu nasib di Ibu Kota. Wilayah yang didominasi pekerja buruh pelabuhan dan sektor informal.

Ya itulah gambaran RW 17, Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara. Wilayah RW dengan luas wilayah 62 hektare ini dinobatkan sebagai salah satu RW terkumuh Dan terpadat di Jakarta. Bahkan bisa dikatakan se-Indonesia. Bayangkan saja, RW 17 total memiliki 22 RT.

Di sisi sebelah barat disanalah kawasan lautan manusia saling berdesakan menyambung hidup di Ibu Kota. Di sisi sebelah timur berdiri beberapa sentra industri dan pabrik-pabrik.

Denah RW 17 memanjang sepanjang lima kilometer di bibir Waduk Pluit. Dari data sensus Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta tahun 2013 tercatat wilayah ini berpenduduk kurang lebih 33.346 jiwa dengan total 10.554 kepala keluarga. Itu pun belum ditambah dengan jumlah penduduk pendatang yang belum terdata jumlahnya.

Untuk memasuki RW 17 ada beberapa akses jalan-jalan kecil menuju permukiman warga. Itu pun hanya bisa dilalui kendaraan roda dua. Dengan lebar jalan yang tak sampai dua meter tak mungkin kendaraan roda empat bisa masuk.

Dari Jalan Muara Baru Raya sudah terlihat puluhan bangunan semi permanen saling berhimpitan yang mayoritas dari bahan seng dan asbes. Masalah permukiman sepadat ini, tentu masalah sanitasi terabaikan.

Aliran Kali Gedong yang melintas di permukiman warga tak mengalir sama sekali. Justru di beberapa lokasi aliran Kali ini tak terlihat lantaran tertutupi bangunan semi permanen warga. Ditambah limbah industri rumah tangga yang mengendap di aliran sungai.

Aliran sungai yang mengendap dan kotor beralih fungsi. Justru menjadi lahan bermain. Sejumlah anak tampak asyik menghabiskan waktu siang mereka di atas aliran sungai yang kotor dengan menggunakan jeriken apung.

RW 17 Penjaringan Kawasan Kumuh Ibu Kota | 
 RW 17 Penjaringan Kawasan Kumuh Ibu Kota | 
 RW 17 Penjaringan Kawasan Kumuh Ibu Kota | 
 RW 17 Penjaringan Kawasan Kumuh Ibu Kota | 

    Tak ayal dalam sensus BPS 2013, wilayah RW 17, dari 22 RT di wilayah ini 15 di antaranya potensi rawan banjir. Meskipun, dari pengakuan warga dalam beberapa tahun terakhir banjir tak lagi menjadi ancaman utama.

    “Sejak ada normalisasi waduk sudah lama enggak banjir lagi,” kata Suryani salah satu warga di kediamannya RT 16/17 Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara, Selasa, (21/11/2017).

    Dari tata letak bangunan, nyaris tak ditemukan rumah warga yang memiliki halaman rumah. Bahkan untuk parkir kendaraan roda dua saja memakan badan jalan yang sempit. Bangunan semi permanen berlantai dua saling berhimpitan menghalangi cahaya matahari masuk ke permukiman warga.

    Instalasi kabel listrik bergelantungan tak beraturan. Ancaman bencana kebakaran selalu ada. Data BPS DKI mencatat dari 22 RT, 18 di antaranya wilayah rawan kebakaran.

    Konedi, Sekretaris RW 17 mengatakan kebakaran hampir sering terjadi di wilayahnya. Mengatur wilayah sepadat itu, menurutnya tantangan tersendiri. Meskipun, telah diberikan beberapa kali pemahaman antisipasi kebakaran. Tetap saja kebakaran tetap saja terjadi.

    “Penyebab utama yang kerap terjadi adalah masalah korsleting aliran listrik,” kata Konedi.

    Kata Konedi, bukan saja potensi ancaman musibah kebakaran. Wilayah sepadat ini pun rawan tindakan kriminalitas dan gesekan masyarakat. Lahan pemukiman yang semakin menyempit membuat warga leluasa memarkirkan kendaraan roda duanya di depan rumah. “Paling sering di sini Curanmor,” ujar Konedi.

    Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno mewacanakan akan menata 16 pemukiman kumuh di Ibu Kota. Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta mencatat ada lima kawasan RW kumuh dengan kategori berat yang tersebar di wilayah Ibu Kota.

    Kepala Seksi Ketahanan BPS DKI Robert menjelaskan dari data terakhir sensus BPS tahun 2013, ada lima wilayah dengan kategori kumuh berat di Ibu Kota. Diantara, di RW 12 Kelurahan Kapuk, Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat, RW 17 Kelurahan Penjaringan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, RW 12 Kelurahan Kalibaru, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, dan RW 02 dan 03 Kelurahan Kampung Melayu, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. (bat.ak)

     

    Baca Juga

    Berita Terkait
    Close
    Back to top button

    Adblock Detected

    Please consider supporting us by disabling your ad blocker