Miskin Prestasi, Akhirnya Kementerian ESDM Menjadi Sales Marketing Perusahan Ritel Minyak Asing

Oleh:
Salamuddin Daeng

Luar biasa menteri ESDM dengan mengajak seluruh jajarannya meresmikan SPBU swasta di Jakarta. Maksudnya apa ?

Peresmian semacam ini cukup dilakan oleh sebuah event organiser saja. Tidak perlu sekelas menteri. Jadi bagaimana ini pajabat negara jadi sales perusahaan pedagang minyak eceran swasta. Ada apa?

Saya telah lama mendengar bahwa Pertamina akan dipaksa menjual kembali menjual BBM RON 88/89 (premium). Konon kabarnya karena pemasok BBM impor jenis ini yang dipasok oleh oligarki/ orang dekat penguasa.

Jadi ini ternyata maksud pemerintah mencabut subsidi premium. Supaya asing bisa menjual premium langsung dan membuka SPBU di Indonesia. Pembukaan SBPU asing dilakukan di daerah yang basah yakni kota besar dan dimulai dari Jakarta. Ini jelas Skandal.

Sementara Pertamina disuruh jual BBM dengan harga yang ditetapkan oleh pemerintah. Pertamina dimita menjual BBM satu harga di seluruh Indonesia. Pertamina diminta melakukan subsidi BBM satu harga tersebut. Jelas saja Pertamina akan bangkrut!

Apakah ini hanya karena ada penguasaha yang kuat dan punya kedekatan dengan kekuasaan yang mau impor BBM Ron 88/89, sehingga pemerintah rela mengubah arah kebijakan sektor perdagangan BBM? Apalagi BBM ini nantinya akan disubsidi oleh pemerintah kembali yang sebelumnya BBM ini telah dicabut subsidinya yang dikelola Pertamina.

Padahal sebelumnya pemerintah komitmen mengurangi ron 88 /89  dan sejenisnya. Eh malah sekarang mengimpor ron 88 dan nanti akan disubsidi lagi. Apakah ini terkait pengumpulan uang untuk persiapan memenangkan pemilu 2019 mendatang?

Hal yang paling memalukan adalah Menteri ESDM dijadikan sebagai sales atau marketing mereka. Ini penghinaan terhadap institusi negara. Apalagi yang mengundang wartawan adalah pihak ESDM, ini sudah keterlaluan.

 

Baru baru ini Menteri ESDM dan jajarannya meresmikan perusahaan ritel minyak asing. Vivo Energy adalah perusahaan di balik merek Shell di Afrika dan dimiliki bersama oleh Vitol, Helios Investment Partners dan Shell. Katanya perusahaan ini akan menjadi pesaing utama Pertamina karena mampu menjual premium RON 88/89 pada tingkat harga dibawah Pertamina.

Luar biasa pejabat Negara ini, mereka membawa perusahaan asing masuk dalam perdagangan ritel sebagai pesaing dari BUMNnya sendiri dan Menteri langsung bertindak sebagai layaknya “Program Merketing (PO)” dari perushaaan rite asing tersebut. Pasar dan lokasi pembangunan SPBUnya pun dipilih lokasi lokasi yang paling laris, paling besar pangsa pasarnya.

“Dunia benar benar terbolak balik. Dimana ada pemerintahan seperti ini di belahan dunia lain?”

Lebih luar biasa lagi, bahan bakar yang dijual perusahaan asing tersebut langsung diimpor dari luar negeri. Didistribusikan sebagai BBM PSO dan non PSO secara langsung ke pasar tanpa tender. Tentu saja harganya lebih murah, tidak ada yang tahu berapa subsidi yang diberikan oleh Negara eksportir BBM ini kepada perusahaan Vitol. Sementara Pesaing utama Vitol yakni BUMN Pertamina untuk pengadaan BBM secam itu harus tender.

Terlihat sejak awal ada upaya sistematis Pemerintahan Jokowi untuk memberangus Pertamina, dalam rangka menyempurnakan liberalisasi migas.

Subdisi BBM Premium dicabut, sementara pada sisi lain Pertamina dipaksa menjual BBM penugasan dan Pertamina dipaksa menjual BBM satu harga ke seluruh pelosok tanah air. Dengan cara ini Pertamina pasti merugi.

Tanpa tedeng aling pemerintahan Jokowi dan Kementrian ESDM membawa masuk pedagang ritel BBM asing untuk menjual premium di pasar utama Indonesia. “ini jelas skandal..!”

Baca Juga

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker