Kejanggalan Dibalik Ledakan Pabrik Mercon di Tangerang

abadikini.com, TANGERANG – Terbakarnya pabrik mercon milik PT Panca Buana Cahaya di Kosambi, Kabupaten Tangerang masih penuh tanda tanya. Pihak kepolisian hingga kini belum bisa menyimpulkan apa penyebab pasti pabrik itu dilalap si jago merah.

Tim Pusat Laboratorium Forensik Polri telah melakukan olah tempat kejadian perkara dan membawa beberapa barang bukti untuk mencari tahu apa pemicu kebakaran yang menewaskan 47 orang itu.

Selagi penyebab kebakaran belum diketahui, sejumlah kejanggalan dalam peristiwa tragis itu pun ikut muncul kepermukaan. Kondisi pabrik mercon itu saat terjadinya kebakaran masih simpang siur. Sejumlah saksi mengatakan, kondisi pintu utama pabrik terkunci saat kobaran api melahap bangunan itu.

Komandan Petugas Pemadam Kebakaran Tangerang, Darda Khadafi, yang tiba di lokasi saat pabrik masih terbakar, mengaku menemukan pintu gerbang dalam kondisi terkunci.

“Korban ada di dalam bertumpuk, ada produksi, pintu gerbang dikunci, tidak ada akses keluar,” kata Darda kepada KompasTV, Jumat (28/10/2017).

 

Selain itu, beberapa warga sekitar pabrik juga menyebut karyawan menggedor-gedor pintu gerbang. Tio, pengelola gedung serbaguna Salembaran Raya di seberang pabrik kembang api, juga menyebut hal yang sama. Dia mengatakan, setelah ledakan pertama, terdengar suara pegawai yang menggedor-gedor gerbang depan pabrik tersebut.

“Selain memukul-mukul gerbang itu dari dalam, mereka juga berteriak meminta tolong,” kata Tio seperti dikutip dari Harian Kompas.

Kendati begitu, polisi tetap bersi kukuh bahwa pintu utama pabrik tersebut tak terkunci saat peristiwa itu terjadi. Sebab, menurut polisi ada sejumlah karyawan yang menyelamatkan diri melalui pintu itu.

“Jadi keterangan dari saksi, ada beberapa orang korban yang lari lewat pintu depan. Ada keluarga pemilik umurnya 70 tahun juga lari lewat pintu depan. Jadi pintu depan tak dikunci,” ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono.

Menurut Argo, para korban lebih memilih menyelamatkan diri melalui bagian belakang pabrik karena saat itu bagian depan pabrik terbakar. Bahkan, warga membobol tembok belakang pabrik untuk membantu mengevakuasi para korban.

“Pas di pintu depan ada gudang terbakar juga, korban tidak berani lewat situ karena panas dan asap tebal,” kata Argo.

Selain permasalahan pintu yang terkunci, polemik mengenai adanya korban yang masih berusia dibawah umur muncul kepermukaan.

Pada awalnya, polisi meyakini tidak ada korban yang berusia dibawah umur.

“Kami masih dalami karena kemarin belum menemukan,” ucap Argo.

Padahal, Komisioner Komnas HAM Siane Indriane menemukan ada salah satu korban di RSU Kabupaten Tangerang, masih berusia 15 tahun.

“Korban bernama Siti Fatimah berumur 15 tahun tapi tidak bisa saya temui karena dirawat di ICU,” ujar Siane.

Siane mengatakan, Siti menderita luka bakar dengan keparahan 90 persen. Ada juga anak berusia 13 tahun yang bekerja karena dibawa saudaranya yang direkrut terlebih dahulu.

Selain telah mempekerjakan anak di bawah umur, kata Siane, pabrik petasan itu juga telah memperlakukan para pekerja secara tak manusiawi. Pasalnya, para karyawan di pabrik itu hanya diupah Rp 40.000 per hari. Upah diberikan kepada puluhan pekerja secara harian.

Pernyataan Siane tersebut tak bisa disangkal lagi. Tim Disaster Victims Identification (DVI) Rumah Sakit (RS) Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, telah mengidentifikasi identitas seorang korban ledakan pabrik mercon itu. Benar saja, ada anak berusia 14 tahun tewas terpanggang di dalam pabrik itu.

“Kami bersyukur hari ini telah bisa mengidentifikasi satu korban. Namanya Surnah, kelahiran 8 Mei 2003, warga Kampung Salembaran, Desa Belimbing, Kecamatan Kosambi, Kabupaten Tangerang,” kata Ketua Tim DVI RS Polri Kombes Pramujoko dalam jumpa pers di Posko Ante Mortem RS Polri.

 

Sumber: Kompas

Baca Juga

Berita Terkait
Close
Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker