Pimpinan Daerah VS PT Conch, Menakar Aspek Sosiologis Menuai Harmoni

oleh: Mohamad Paputungan, S.Ag., M.Si
Alumni Interdisciplinary Islamic Studies
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

abadikini.com, JAKARTA – Dua bulan setelah dinyatakan de jure menjabat Bupati Bolaang Mongondow, Kepala Daerah langsung di hadang oleh persoalan hukum terkait ‘pengrusakan’ asset  PT. Conch North Sulawesi Cement (CNSC). Dinamika sosial kemasyarakatan di BMR (Bolaang Mongondow Raya) pun mengalami suhu ‘panas-dingin’.  Berbagai kepentingan pun ikut dimainkan untuk memenuhi hasrat ‘senang melihat orang susah dan susah melihat orang senang’.

Secara normatif apa yang sedang berjalan tentu harus dijalankan sebagaimana mestinya, sebab hukum adalah panglima untuk mengatur harmonisasi tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara serta demi terpenuhinya rasa keadilan bagi semua elemen masyarakat. Pemikiran ini tentu tidak dimaksudkan untuk menggugat hal tersebut akan tetapi mencoba mengetuk dimensi sosiologis. Bahwa manusia  adalah makhluk multidimensional dan tidak sekedar objek tetapi juga subjek pembangunan, sehingga tidak boleh mengabaikan dimensi kemanusiaan dalam berbagai pertimbangan termasuk dalam penerapan normatifitas hukum.

Pemikiran ini pula merupakan hasil perenungan anak ‘Mongondow’ yang mendambakan kondisi keragaman yang saling menyapa pada masyarakat Bolmong tetap terjaga demi keberlanjutan perbaikan taraf hidup masyarakat oleh para penyelengara pemerintahan.

Menurut hemat penulis, penting dipertimbangkan sebab-akibat (kausalitas) baik oleh tindakan Pimpinan pada satu sisi dan apapun sikap kurang positif pihak PT.Conch menurut pandangan masyarakat BMR pada sisi yang lain. Sebab tidak mungkin setiap persoalan lahir dari ruang hampa tanpa ada motif yang menjadi pemicu lahirnya.

Investor merupakan elemen penting yang dapat menopang ‘kemajuan Bolmong’ dan oleh karena itu tidak mungkin seorang Pimpinan tidak memahami itu dan atau sengaja menjebak diri dengan tindakan yang melawan hukum.

Pimpinan sendiri merupakan representasi masyarakat Bolaang Mongondow yang telah dimandatir oleh mayoritas masyarakat karena dipercaya mampu mengelolah daerah ini bagi kesejahteraan masyarakat, termasuk menertibkan semua elemen yang menopang kemajuan derah tidak terkecuali  PT Conch.

Disisi lain PT Conch diyakini memiliki pengalaman yang mumpuni dalam menjalankan usahanya diberbagai wilayah, sehingga tentunya sudah memahami apa yang semestinya ia lakukan untuk menjamin keberlanjutan usahanya.

Merujuk pada pemikiran di atas, pertanyaan besarnya adalah mengapa hal ini mesti terjadi ? dan bagaimana akibatnya jika penyelesainya tidak memenuhi rasa keadilan bagi semua pihak ?. Untuk menjawabnya masing-masing pihak diharapkan dapat melakukan retrofeksi diri (mengenali kesalahan dan melakukan upaya perbaikan) serta memantapkan komunikasi.

PT Conch perlu memahami dan mengapresiasi kondisi sosial masyarakat Bolaang Mongondow bahwa  pada jabatan Kepala Daerah  tersemat  simbol adat tertinggi di Bolaang Mongondow , sehingga  kejadian ini dapat memberikan kontribusi konstruktif bagi keberlanjutan PT.Conch dan bukan sebaliknya.

 Agar berbagai pihak memberikan kontribusi fikir yang mengarah pada perbaikan tatanan kehidupan sosial masyarakat dan tidak melakukan upaya mereduksi mandat rakyat kepada Pimpinan daerah dengan berbagai trik dan intrik.

Bagi pemangku peran dan kepentingan agar tidak menyelesaikan masalah dengan meninggalkan masalah baru yan boleh jadi semakin rumit dan kompleks yang pada gilirannya dapat merusak harmoni kehidupan masyarakat yang multi cultural dan multi religius di BMR.

Bahwa penting mempertimbangkan berbagai dimensi dan sudut pandang dalam penyelesaian berbagai masalah sebab tidak boleh ada spesifikasi ilmu tertentu yang boleh berdiri ‘angkuh’ menyatakan mampu menyelesaikan problem tanpa melibatkan aspek keilmuan lainnya.

Pada ahirnya marilah berfikir bagaimana Bolaang Mongondow dan ‘kemongondowan’ kita lebih baik lagi. Daerah ini kita besarkan bersama dengan menyatukan kehebatan seluruh komponen masyarakat, bukan sebaliknya menjadikan momentum ini hanya untuk membesarkan diri sendiri dan atau  sekedar unjuk kehebatan diri. (nov.ak)

 

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker