Berikut LimaTradisi Budaya Minum Kopi dari Berbagai Negara

abadikini.com, JAKARTA – Budaya minum kopi tak hanya ada di Indonesia. Negara-negara lain juga memiliki budaya tersebut meski dengan waktu penyajian dan penyebutan yang berbeda.

Para pecinta kopi tentu gembira karena hasil studi terbaru menunjukkan bahwa minum kopi lebih banyak bisa meningkatkan kemungkinan berumur panjang. Tiga cangkir kopi sehari bisa menurunkan risiko kematian akibat penyakit jantung, stroke, diabetes, kanker dan penyakit ginjal.

Tapi mungkin, tujuan sebagian besar orang minum kopi bukanlah agar panjang umur, melainkan agar tetap terjaga. Atau bisa juga, cita rasa dan aroma kopi-lah yang membuat kita jatuh cinta dan menjadi peminum kopi. Satu hal yang tak kalah penting, mungkin saja kita menjadi peminum kopi karena aktivitas “ngopi” memang telah menjadi budaya kita.

Di Indonesia, sebagian orang biasa minum kopi di pagi hari, sebelum memulai aktivitas bekerja. Namun, tak sedikit pula orang yang biasa minum kopi di malam hari, untuk melepas penat selepas bekerja seharian. Pada waktu-waktu ini, kedai kopi akan ramai pengunjung. Orang-orang biasa menikmati kopi sembari bersosialisasi dengan kawan-kawannya atau sekadar bersantai.

Budaya ngopi tak hanya ada di Indonesia. Negara-negara lain juga memiliki budaya tersebut meski dengan waktu penyajian dan penyebutan berbeda. Dengan ditemani camilan dan obrolan ringan, tampaknya, kopi telah menjadi minuman universal yang bisa menyatukan orang-orang dengan latar belakang bangsa dan budaya berbeda.

Berikut ini beberapa tradisi jeda minum kopi dari seluruh dunia yang menarik untuk Anda simak:

Fika

Di tengah jam kerja, para pekerja di Swedia biasa beristirahat sejenak untuk minum kopi dan mengudap kue-kue manis. Jeda istirahat minum kopi lazim disebut Fika oleh masyarakat setempat. (Thinkstock).

Di Swedia, Fika merupakan waktu minum kopi yang menjadi rutinitas di hari-hari kerja. Para pekerja mendapat kesempatan untuk mengobrol dan mengudap kue-kue manis. Kedai-kedai kopi biasanya didesain tak jauh-jauh dari konsep Fika, sehingga orang-orang bisa melewatkan waktu mereka dengan bersantai, bersosialisasi, dan menikmati kopi mereka.

Merienda

Tradisi merienda di Argentina biasanya terdiri dari kopi dengan susu dan croissant. (Thinkstock).

Antara waktu makan siang dan makan malam, masyarakat yang tinggal di beberapa bagian Amerika Latin biasanya akan menikmati secangkir kopi atau teh hangat. Tradisi minum kopi atau teh ini disebut Merienda. Merienda di Argentina biasanya terdiri dari kopi dengan susu dan croissant, teh dengan susu dan roti panggang, atau submarino (susu panas) dengan potongan cokelat yang dicelupkan di dalamnya.

Gabelfrühstück

Di negara-negara seperti Austria dan Jerman, Gabelfrühstück berarti “sarapan kedua”.  Sarapan pertama mereka biasanya dilakukan dengan cepat—mungkin kopi atau sepotong buah atau kue, tetapi antara pukul 10 dan 11 pagi, mereka meraih cangkir kopi untuk kedua kalinya dan makan kue-kue sebagai pendampingnya.

Smoko

Para pekerja di Selandia Baru biasa mendapat jeda istirahat di tengah-tengah jam kerja, yang dikenal dengan istilah smoko. Waktu singkat itu mereka manfaatkan untuk minum kopi, merokok, atau makan camilan. (Thinkstock).

Saat para pekerja di Selandia Baru memenangkan hak untuk mendapatkan istirahat pagi dan siang, jeda istirahat itu kemudian dikenal sebagai Smoko. Smoko merupakan waktu untuk menyesap kopi atau teh, yang sering kali ditemani dengan rokok. Saat ini, istilah smokos tak hanya digunakan untuk menyebut istirahat kerja saja, tetapi juga digunakan untuk menyebut jeda minum kopi atau makan camilan.

Buna Tetu

Di Ethiopia, Buna Tetu, yang berarti “minum kopi”, merupakan sebutan untuk upacara minum kopi yang bisa memakan waktu hingga tiga jam untuk mempersiapkannya—dan dilakukan tiga kali sehari. Buna Tetu merupakan waktu untuk bersosialisasi, dan menjadi bagian penting dari budaya setempat.

Upacara tersebut dilakukan oleh seorang perempuan dan dimulai dengan ritual untuk mengusir roh-roh jahat. Proses persiapan mencakup beberapa langkah spesifik, mulai dari menyangrai biji kopi mentah kemudian menggiling biji kopi tersebut hingga siap diseduh.

Ketika kopi disajikan, jika ada anak kecil, anak tersebut akan menyajikan kepada orang yang paling tua di upacara itu, dan kemudian nyonya rumah akan menyajikan kepada keluarga atau tamu lainnya. Tamu boleh menghabiskan hingga tiga cangkir kopi. (beng.ak)

 

Sumber: Mother Nature Network

Baca Juga

Berita Terkait
Close
Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker