Lagi Pemimpin Negara Terjungkal Akibat Skandal Panama Papers

abadikini.com, ISLAMABAD – Perdana Menteri Pakistan Nawaz Sharif jadi korban kedua Panama Papers. Sharif adalah kepala pemerintahan kedua yang kehilangan jabatan karena skandal tersebut. Sebelumya ada Perdana Menteri Islandia Sigmundur David Gunnlaugsson juga mengundurkan diri karena skandal Panama Papers.

Mahkamah Agung Pakistan memutuskan untuk memecat Perdana Menteri Nawaz Sharif atas tuduhan korupsi terkait skandal Panama Papers, yaitu bocoran dokumen kepemilikan harta yang meragukan sumbernya dari firma hukum Mossack Fonseca.

Keputusan Mahkamah Agung yang diambil Jumat (28/7/2017) itu merupakan salah satu dampak paling mengejutkan dari perilisan dokumen-dokumen tersebut, yang menyeret nama puluhan politisi dan tokoh-tokoh penting internasional atas dugaan melakukan bisnis ilegal di luar negeri.

Apa yang Diungkap Panama Papers?

Nama Sharif sendiri sebetulnya tidak tercantum di dokumen Panama Papers, namun tiga dari enam anaknya, Maryam Nawaz Sharif, Hasan Nawaz Sharif dan Hussain Nawaz Sharif , jelas disebutkan telah membeli berbagai properti mewah di London menggunakan perusahaan-perusahaan di luar negeri.

Anak-anaknya berdalih bahwa perusahaan-perusahaan tersebut didirikan secara legal dengan uang halal, namun para pengkritik menyebutkan hal yang bertolak belakang.

Menurut laporan dari Konsorsium Internasional Bagi Wartawan Investigasi (International Consortium for Investigative Journalists/ICIJ), yang pertama kali merilis Panama Papers di awal 2016 setelah dilakukan investigasi satu tahun penuh, tiga anak Sharif memimpin sejumlah perusahaan yang memiliki banyak apartemen mewah di kawasan Park Lane, London.

Maryam, yang disebut-sebut sebagai pengganti Sharif di pentas politik, terdaftar sebagai pemilik dua perusahaan cangkang (shell companies) di British Virgin Islands, yaitu Nielsen Enterprises Limited dan Nescoll Limited.

Dua perusahaan itu didirikan pada awal 1990an, tak lama setelah masa jabatan pertama ayahnya berakhir. Ketika itu, Maryam masih di bawah umur. Menurut dokumen, dua perusahaan yang dia pimpin masing-masing memiliki properti yang digunakan para anggota keluarga Sharif.

Maryam dan Hasan Nawaz Sharif menandatangani dokumen pada 2007 yang merupakan bagian dari serangkaian transaksi di mana Deutsche Bank Geneva meminjamkan US$ 13,8 juga untuk perusahaan mereka dengan jaminan properti di London itu.

Hasan Nawaz Sharif terdaftar sebagai direktur perusahaan lainnya di British Virgin Islands dengan nama Hangon Property Holdings Limited.

Salah satu pemegang saham perusahaan itu pernah melakukan transfer dana sekitar US$ 11,2 juta kepada Hasan, menurut dokumen Panama Papers.

Apa Selanjutnya?

Sharif tidak terlibat langsung dalam interaksi bisnis yang dirinci dalam dokumen, namun dia tetap dijerat dengan skandal tersebut. Sepanjang sidang di Mahkamah Agung, dia berkeras tidak terlibat.

Kasus Sharif dan anak-anaknya akan diajukan ke Biro Akuntabilitas Nasional untuk penyidikan lebih lanjut.

Para pengacara dari pihak oposisi menyampaikan ke Mahkamah Agung bahwa karena Maryam Sharif masih di bawah umur ketika perusahaan atas namanya didirikan, maka perusahaan itu sejatinya dimiliki oleh sang perdana menteri. Namun klaim itu belum mendapat pembenaran.

Ini bukan pertama kalinya reputasi Sharif tercoreng akibat tuduhan korupsi. Masa jabatannya yang pertama terhenti secara mendadak karena dia dipecat oleh presiden waktu itu, Ghulam Ishaq Khan, di tengah banyaknya berita bahwa korupsi dan bisnis keluarganya berkembang pesat.

Masa jabatan kedua pada 1997 berakhir lewat kudeta militer. Dia kembali menjabat perdana menteri melalui pemilu 2013. (beng.ak)

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker