Berdasarkan Survei Peluang Trump Terkena Impeachment 58 Persen

abadikini.com, JAKARTA – Sejumlah pengamat menganggap wacana impeachment Donald Trump jauh dari kenyataan. Namun sebuah survei terbaru menunjukkan, kemungkinan Presiden Amerika Serikat itu untuk digulingkan atau mengundurkan diri sebelum 2020 mencapai 58 persen.

Prediksi dari survei Ladbrooks ini datang seiring dengan terus memburuknya popularitas dan tingkat kepercayaan publik terhadap Trump.

Popularitas Trump kian merosot setelah mencuat dugaan upaya presiden ke-45 itu menghalangi proses hukum seputar penyelidikan eks penasihat keamanan nasionalnya, Michael Flynn, yang dilakukan Biro Investigasi Federal (FBI).

Trump dituduh memecat mantan Direktur FBI, James Comey, lantaran menolak menghentikan penyelidikan komunikasi ilegal antara Flynn dengan duta besar Rusia untuk AS, Sergey Kislyak.

Dugaan upaya menghalangi hukum ini memperluas wacana pemakzulan Trump yang mulai diangkat oleh sejumlah ahli hukum hingga seorang anggota Kongres dari Demokrat, Al Green, sekitar pertengahan Mei lalu.

Pemakzulan seorang presiden AS sendiri membutuhkan suara mayoritas Dewan Perwakilan di Kongres agar bisa diproses ke pengadilan. Setelahnya, pengajuan impeachment juga mesti mendapat dua pertiga suara Senat.

Sementara itu, baik Dewan Perwakilan dan Senat saat ini berada dalam kendali Partai Republik, partai tempat Trump bernaung.

Hal ini mengindikasikan, impeachment bisa dilakukan jika partai tersebut mau menggulingkan presiden yang diusung mereka dalam pemilu 2016 tersebut.

Isu pemakzulan ini sebenarnya sudah santer terdengar sejak Trump resmi dilantik pada Januari lalu. Saat itu saja, dia sudah meraup popularitas terendah jika dibandingkan para pendahulunya.

Jajak pendapat yang dibuat survei Gallup beberapa waktu lalu pun menunjukkan konglomerat asal New York itu hanya bisa meraup 40 persen popularitas di 100 hari kepemimpinannya.

Bahkan, hanya dalam delapan hari kepemimpinan, Trump meraup 51 persen suara ketidakpercayaan publik.

Diberitakan The Telegraph, Selasa (11/7/2017), berdasarkan sejarah, biasanya seorang presiden AS membutuhkan waktu hingga lebih dari 100 hari untuk bisa secara mayoritas mencapai tingkat ketidaksetujuan publik seperti itu.

Presiden Bill Clinton, misalnya, meraup lebih dari 50 persen suara ketidakpuasan publik pada 573 hari kepemimpinannya. (beng.ak)

Baca Juga

Berita Terkait
Close
Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker