Demi Alasan Keamanan Senjata Api Ilegal Kian Diminati

abadikini.com, Jakarta – Perjalanan mudik menjelang Idul Fitri kerap menghadirkan kebahagiaan tersendiri. Sembari membawa buah tangan untuk keluarga dan kerabat, perjalanan yang melelahkan siap terbayar setibanya di kampung halaman.

Tapi, jangan sampai bernasib seperti Saharyati Planing Teba. Ibu berusia 46 tahun asal Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat itu malah membawa sepucuk senjata api (senpi) dalam perjalanan yang sudah memasuki masa puncak arus mudik. Alih-alih mudik dengan bahagia, yang muncul justru masalah besar.

Saharyati diamankan petugas Bandara Soekarno Hatta, Jakarta, saat transit dari Arab Saudi menuju Mataram, NTB. Kejadiannya sehari sebelum lebaran, Sabtu (24/7/2017). Dalam tas yang dibawanya, petugas Aviation Security (Avsec) mendapati sepucuk pistol beserta 21 butir peluru aktif.

“Senpi bukan rakitan, namun produk pabrikan,” kata Manager Avsec Bandara Soekarno-Hatta Hastanto kepada wartawan, Rabu, (28/6/2017).

Kabar ini tentu menambah kekhawatiran masyarakat akan peredaran senpi. Terlebih beberapa pekan lalu sempat heboh perampokan bersenjata api yang memakan korban jiwa.

Fenomena ini, mengingatkan kita dengan seorang pelaku bisnis senpi ilegal beberapa waktu lalu.

Dia adalah Gugun – bukan nama asli, pria yang sudah memulai aktivitas ilegal ini sejak 2008. Pelanggannya dari berbagai kalangan, mulai dari pemilik hobi berburu, pengoleksi, artis, elit politik, birokrat dan pengusaha.

“Kita nggak main rakitan atau modifikasi airsoft gun dan sebagainya. Karena, yang begitu itu kualitasnya jauh di bawah senpi pabrikan dan berbahaya untuk si pemakai saat digunakan,” ucap pria tegap berusia 38 tahun itu.

Diakui Gugun, bisnis senpi sangat berisiko, tapi tetap menggiurkan. Karena, ada saja peminatnya. Ia mencermati orang-orang yang membeli senpi ilegal ini dilatarbelakangi alasan yang beragam. Namun, pada umumnya adalah lebih mudah didapat, tak repot mengurus perizinan, bisa dipegang sendiri tanpa harus dititipkan ke kepolisian (sesuai regulasi), dan soal harga tentu lebih miring.

Harga yang ditawarkan beragam. Kisarannya mulai dari Rp 7 juta hingga Rp 120 juta. Tergantung jenis dan pabrikannya. Penjualan satu pucuk senjata, menurut Gugun, bisa membuahkan untung seratus persen. Intensitas transaksinya pun tinggi, paling sedikit 100 pembeli setiap bulannya.

Gugun pun menilai peminat yang berorientasi hobi atau koleksi kini lebih sedikit dibanding yang berorientasi alat pertahanan diri.

Kerusuhan Mei 1998 di Indonesia, yang melibatkan isu SARA dan kesenjangan sosial, disinyalir menjadi faktor meningkatnya permintaan senpi ilegal. Sejak peristiwa itu, pencari senpi mulai marak. “Orang-orang panik dan trauma, keluarganya pernah jadi korban jiwa atau materil, harta dan usaha dijarah. Self defense menjadi penting. Kondisi politik juga berpengaruh, apalagi kalau ada isu kerusuhan,” kata Gugun. (gil.ak)

Baca Juga

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker