Memfungsionalkan Ajaran Islam

Oleh: Zaenal Abidin Riam (Kader HMI MPO)

abadikini.com, JAKARTA – Belakangan ini kita melihat perkembangan dakwah yang cukup masif, forum kajian keislaman ramai digelar, perempuan berjilbab begitu mudah dijumpai, pengajian ramai digelar, seolah animo berislam mengalami peningkatan, walaupun Islam di belahan dunia lain mendapatkan prilaku diskriminatif, bahkan sering mengarah kepada kriminalisasi, sebut saja label terorisme yang berupaya dilekatkan kepada umat Islam, namun semua itu tak membuat  kuantitas umat Islam berkurang drastis, malah sebaliknya, di Negara yang intens memberikan label negatif terhadap Islam, jumlah umat Islam justru bertambah secara signifikan di Negara tersebut, ini merupakan berita baik, akan tetapi, bila kita melihat ke dalam dunia Islam, kualitas umat Islam seolah tak mengalami kemajuan berarti, pola hidup umat Islam terlihat tidak mengalami kemajuan secara signifikan, semangat kemajuan dalam ajaran Islam terlihat masih sangat berjarak dengan realitas umat Islam.

Jika kita berpikir bahwa hal yang diterangkan di atas adalah normal, maka itu bukan jalan pikiran yang mampu memberikan solusi, pasti ada yang keliru dengan realitas umat Islam hari ini, kekeliruan tersebut tidak terletak pada jumlah, namun lebih pada pandangan umat Islam terhadap ajaran Islam, suka atau tidak, patut diakui, mayoritas umat Islam memandang ajaran agamanya lebih sebagai doktrin ritual, kensekuensinya yang diutamakan adalah perwujudan ajaran Islam dalam bentuk ritual, secara tak sadar pandangan ini memahami bahwa saat ritual dijalankan maka kita telah berislam dengan tepat, secara tak sadar pula, pandangan ini terlihat meyakini tak ada korelasi positif antara ritual dan praktik kehidupan, dalam faktanya, praktik kehidupan dijalankan sebagai urusan lain.

Memandang Islam sekadar doktrin ritual tentu tidak tepat, hal tersebut mengamputasi semangat ajaran Islam yang berorientasi kemajuan, Islam seharusnya dipandang sebagai ajaran utuh, ajaran yang menyapa kenyataan sehari – hari, ajaran Islam harus difungsionalkan, dibuat berfungsi dalam aktifitas kehidupan, sehingga dalam konteks ini, ajaran Islam tak boleh berhenti pada ritual belaka, karena semangat ajaran islam bukan semangat ritual, namun lebih dari itu, ritual tersebut harus diterjemahkan dalam prilaku keseharian, karena pada dasarnya, semua ritual tersebut memiliki muatan sosiologis, contoh sederhana, gerakan sujud dalam sholat muatan sosilogisnya adalah pembebasan, bahwa yang wajib ditaati hanyalah kebenaran, semua bentuk keburukan dan kemungkaran dalam bentuk apapun harus dilawan, atau contoh lain sedekah, sedekah muatan sosiologisnya adalah kesejahteraan terhadap sesama, umat Islam wajib berjuang mewujudkan kesejahteraan bersama, segala upaya yang menghalangi kesajahteraan, semisal monopoli berlebihan dalam praktik neoliberalisme, harus disingkirkan, contoh yang lain lagi, perintah untuk merenungi tanda – tanda kebesaran Allah di muka bumi, muatan sosiologisnya adalah penelitian dan pencerdasan demi meningkatkan kapasitas diri, dan masih sangat banyak yang lain.

Sebagai umat Islam, kita perlu lebih membuka cakrawala berpikir dalam memandang Islam, ajaran Islam wajib dibuat berfungsi dalam kehidupan sehari – hari, hal ini sebagai bagian dari upaya mewujudkan visi rahmatan lilalamin, demi mewujudkan hal tersebut, maka kita perlu menafsir ulang model keberislaman yang saat ini dijalankan, memang akan ada sedikit benturan dengan diri sendiri, khususnya bagi mereka yang telah memfinalkan model berislam yang dijalankannya, ini bukan bagian dari upaya merubah ajaran Islam, yang perlu dirubah adalah cara pandang kita terhadap ajaran Islam, usaha ini lebih tepat dipandang sebagai evaluasi diri, evaluasi berislam, jika kita mampu sampai pada pemaham ini, maka tidak ada keraguan untuk memerikasa kembali model berislam yang selama ini dijalankan. (mahdi.ak)

Baca Juga

Berita Terkait
Close
Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker