Ini Solusi Cerdas Politisi PBB Atasi Galaunya Defisit Anggaran Nunukan

abadikini.com – NUNUKAN – Anggota DPRD Partai Bulan Bintang (PBB) Kabupaten Nunukan, Nardi Azis meminta Pemerintah Kabupaten Nunukan memberikan keputusan yang tegas dan jelas mengenai langkah yang diambil, mengatasi persoalan defisit anggaran saat ini.

“Bikin galau kalau begini. Kemarin keluar kebijakan honor dirumahkan, TTP dikurangi, sampai sekarang ending goalnya apa?”ujarnya, Kamis (10/11/2016).

Politisi partai Bulan Bintang ini memberi saran agar pemerintah sigap mencari solusi. Harus ada semacam peraturan Bupati yang keluar. Intinya menunjukkan visi pembangunan pemerintahan ke depan. Menurutnya, harus ada sebuah plan dan target pencapaian untuk kemudian dilakukan evaluasi dan dibahas secara konkret melalui forum jajak pendapat dalam sebuah pertemuan rutin.

“Saya ingin digelar coffee morning kayak jamannya Pak Basri. Nggak perlu harus di pemda, di kantor lurah atau camat saja melibatkan semua Lurah dan RT. Sehingga muncul sebuah kebijakan, kebijakannya bukan suara bupati. Tetapi suara rakyat, karena sudah urun rembug di coffee morning itu,”lanjutnya.

Nardi menjelaskan, dengan menggelar forum semacam coffee morning, baik eksekutif, legislatif sampai masyarakat biasa akan mendiskusikan solusi pengentasan paceklik anggaran. Akan muncul ide-ide baru yang bisa dieksekusi langsung bahkan akan sangat efisien.
Mekanisme seperti coffee morning cukup ampuh untuk merumuskan jalan keluar dalam satu suara. Bukan malah meributkan tata cara yang beragam padahal searah.

“Sekarang ini kan orang ribut. Bagaimana mengatasi kondisi begini? Umpamakan saja kondisi ini angka 6. Yang satu ribut untuk dapat 6 harus 5+1, satunya ngeyel harus 3+3 dan satunya 2+4. Padahal hasilnya 6 juga. Kenapa nggak duduk bersama saja biar lebih jelas?,”sarannya.

Lebih jauh, Nardi mengapresiasi program Pemerintah Kabupaten Nunukan untuk agro bisnis yang dipercaya bisa menggeliatkan perekonomian Nunukan. Yang menjadi kendala saat ini, mayoritas mindset masyarakat lebih berfikir instan. Mau cepat untung dan modal tidak lama mengendap. Dicontohkannya, kedatangan kapal barang ke Nunukan bermuatan cabe, tomat dan sayur mayur. Padahal Kabupaten Nunukan dengan luas lahan masyarakat yang tersedia bisa mencukupi hal itu.

“Mereka nggak mau menanam bukan masalah harga yang turun. Tetapi berfikir untung besar. Ketika kapal datang harga cabai atau tomat yang biasa Rp 45 ribu misalnya, akan turun jadi Rp 20 ribu. Logikanya kalau petani Sulawesi dengan harga segitu bisa hidup, kenapa kita tidak?,”katanya.

Untuk agrobisnis, Nardi juga menyayangkan sikap mayoritas masyarakat yang kurang pandai melihat peluang. Selain itu pemerintah daerah juga kurang jeli menyikapi hal tersebut. Ketika produk makanan bayi memberi keuntungan tinggi bagi produsen, ditambah wilayah strategis Nunukan untuk komoditi ekspor, selayaknya pemerintah menyediakan pangsa pasar sebagai perkara vital dari program yang berbasis agro.

Membangun pabrik makanan bayi misalnya, membuka izin ekspor di pelabuhan, supaya yang ditanam masyarakat berupa pisang, beras merah atau komoditi bahan baku utama makanan bayi, tentu bisa menjadi sumber kehidupan baru dan membuka lowongan tenaga kerja.
“Kan percuma ketika pemerintah bantu pupuk, bibit tanaman tapi pangsa pasar belum ada,”katanya lagi.

Nardi kembali menekankan pentingnya sebuah coffee morning untuk merumuskan segala permasalahan yang belum terurai. “Saat ini cuma di medsos kan? Medsos itu satu orang yang kritik 99 persen timses. Kan nggak jelas arahnya kalau begitu,”tegasnya. (sl.ak)

Baca Juga

Berita Terkait
Close
Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker