Korea Utara Disebut Trump Sebagai Negara Sponsor Terorisme

abadikini.com, WASHINGTON – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menempatkan Korea Utara kembali pada daftar “sponsor negara terorisme”. Setelah hampir satu dekade, pemerintahan Trump telah mengintensifkan upaya untuk meyakinkan Pyongyang untuk meninggalkan program rudal balistik dan nuklirnya.

Dikutip dari ft.com (21/11/2017) Trump meluncurkan langkah tersebut pada hari Senin, beberapa hari setelah kembali dari Asia. Selama kunjungannya di Asia Trump mengatakan persoalan Korea Utara menjadi pembicaraan yang mendominasi dengan para pemimpin di Jepang, China dan Korea Selatan.

Dan itulah sebabnya AS menunjuk Korea Utara sebagai negara sponsor terorisme. Seharusnya sudah terjadi sejak lama, “kata Trump kepada awak media.

Trump menambahkan Departemen Keuangan akan memberlakukan lebih banyak sanksi terhadap Pyongyang. Pemerintahannya telah mendorong negara-negara di seluruh dunia untuk memberi tekanan ekonomi lebih besar pada Pyongyang. Dan mendukung upaya Dewan Keamanan PBB untuk menjatuhkan sanksi terberat kepada rezim Korea Utara, tutur Trump

Amerika Serikat pernah  menempatkan Korea Utara dalam daftar hitam terorisme pada tahun 1987. Saat itu Korut telah mengebom sebuah pesawat Korsel yang mengakibatkan kematian lebih dari 100 penumpang. Namun daftar hitam tersebut dihapus pada tahun 2008 sebagai bagian dari negosiasi yang bertujuan untuk membongkar program nuklirnya.

Diktator Korea Utara Kim Jong Un tahun ini meningkatkan laju uji coba rudal, termasuk peluncuran rudal balistik antarbenua pertama. Korea Utara juga melakukan uji coba senjata nuklir keenam.

Perancangan ulang dilakukan beberapa bulan setelah Kim dituduh mendalangi pembunuhan saudara tirinya, Kim Jong Nam, dengan senjata kimia di Malaysia.

Insiden itu juga disusul kematian Otto Warmbier, seorang mahasiswa AS yang meninggal setelah dibebaskan dari Korea Utara. Di mana Wiber mengalami koma setelah lebih dari satu tahun di penjara pemerintah Korut.

Sekretaris negara AS Rex Tillerson, kepada awak media mengatakan bahwa dampak praktis dari peruntukan “mungkin terbatas”, namun menambahkan bahwa langkah tersebut akan “menutup beberapa celah tambahan”.

Sementara pemberian tanda hitam sebagai upaya terbaru untuk menekan Korea Utara. Tentunya langkah tersebut lebih simbolis dan tidak memicu sanksi otomatis.

Tillerson menolak gagasan bahwa langkah tersebut mengisyaratkan bahwa AS telah meninggalkan harapan untuk melakukan perundingan dengan Korea Utara. Tillerson pun mengatakan bahwa “kami masih berharap untuk melakukan diplomasi”.

Namun dia mengatakan AS melanjutkan kampanyenya untuk mendesak negara-negara untuk mengurangi perdagangan dengan Pyongyang.  Dan menekankan bahwa laporan dari intelijen menyarankan bahwa pihaknya sedang bekerja,ungkapnya.

“Keyakinan umum adalah bahwa hal itu memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Korea Utara. Kami tahu ada kekurangan bahan bakar saat ini, “kata Tillerson.

Mira Rapp-Hooper, seorang pakar Asia di Center for New American Security, mengatakan bahwa langkah untuk mendesain ulang Korea Utara tidak terduga. “Administrasi Trump telah memberi isyarat bahwa rute ini akan berjalan untuk mencoba lebih jauh mengisolasi Korea Utara.

Dan Kim mungkin akan merespons dengan penuh rasa takut,” katanya. “Kita akan lihat apa yang termasuk dalam paket sanksi baru besok, tapi tidak ada yang akan membawa senjata dari Pyongyang.” (bob.ak/sc)

Baca Juga

Berita Terkait
Close
Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker