Donald Trump Akui Yerusalem Ibu Kota Israel Telah Diramalkan Nostradamus, Percaya?

Ramalan Nostradamus kembali dibicarakan seiring dengan pernyataan Donald Trump yang menyebut Yerusalem ibukota Israel.

abadikini.com – Ahli fisika, ahli astrologi, dan penulis bernama Michel de Nostredame atau lebih populer disebut sebagai Nostradamus kembali viral di akhir tahun ini. Pria kelahiran Prancis pada 1503 itu dianggap meramalkan tindakan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Percayakah Anda?

Klaim ramalan Nostradamus terhadap tindakan Donald Trump itu diunggah di website nostradamus2018.com. Pengelola website tersebut memakai sajak empat baris di buku karya Nostradamus berjudul Les Prophetiessebagai sumber ramalan.

Keterangan perdana adalah Nostradamus dianggap sudah meramalkan kemenangan Donald Trump dalam Pemilu Amerika Serikat 2016. Ramalan tersebut dituliskan di sajak ke-40 di buku Les Propheties. Dalam sajak tersebut Trump disebut sebagai false trumpet yang akan mengubah hukum di Byzantium. 

Tanpa keterangan yang detail, nostradamus2018.com menyebut para peneliti menganggap Byzantium adalah Yunani, tanah di mana pendatang diterima. Hal itu dicocokkan dengan sikap Trump yang menolak pendatang. Sehingga sajak ke-40 meramalkan kemenangan Donald Trump.

Selanjutnya, terkait klaim sepihak Donald Trump terkait Yerusalem sebagai ibu kota Israel,  nostradamus2018.com mengklaim hal itu sudah diramalkan di sajak ke-57 di buku Les Propheties.

“The false trumpet will provoke big disagreements. An agreement will be broken and the face of milk and honey lies on the ground [Terompet palsu akan menyebabkan ketidaksepahaman yang besar. Sebuah perjanjian akan dilanggar di wajah susu dan madu yang hancur],”  tulis nostradamus2018.com terkait sajak ke-57.

Berdasarkan Injil buku 13 ayat 27-29, susu dan madu diartikan sebagai Negara Israel. Dari referensi tersebut sajak ke-57 diartikan sebagai sebuah ramalan yang menyebut ketidaksepahaman yang disebabkan oleh Donald Trump bisa menjadi awal dari kehancuran Israel.

Website tersebut juga merangkum sajak-sajak Nostradamus meramalkan akan ada Perang Dunia III. Tidak disebut secara pasti waktunya, ramalan Nostradamus dianggap menyebut kerusuhan perang akan bermula dengan sebuah serangan di Prancis yang disusul serangan-serangan di seluru penjuru Benua Eropa. Setelah itu akan ada invasi dari kekuatan-kekuatan di Arab dan negara mayoritas Islam.

Keaslian Terjemahan Sajak Nostradamus Kerap Dipertanyakan

Nostradamus meninggal dunia pada 1566. Sekarang, lebih dari 450 tahun setelahnya, sajak-sajak Nostradamus masih saja terkenal. Hampir semua pembahasannya berfokus pada keyakinan bahwa sajak-sajak Nostradamus adalah sebuah ramalan.

Pembahasan mendalam di laman Livescience.com, Selasa (17/10/2017) menyebut ada banyak terjemahan buku-buku Nostradamus yang berasal dari berbagai negara. Hal itu membuka kemungkinan pergeseran makna. Pergeseran yang ada dipercaya sebagai jalan munculnya ramalan yang seolah-olah terjadi.

“Nostradamus menulis semua karyanya dalam bahasa Middle French[bahasa Prancis kuno yang digunakan antara tahun 1400-an hingga 1600-an]. Kata-katanya tak jarang ambigu, metafora, dan referensi tanggal yang asal. Ada banyak sekali terjemahan dari bukunya yang berjudul Centuries.Bahkan tiap buku bisa menulis kata atau frasa yang berbeda di satu sajak yang sama. Apabila satu terjemahan tak cocok dengan sebuah peristiwa, terjemahan lain akan sesuai,” jelas Kontributor Livescience Benjamin Radford.

Tak hanya terjemahan sajak yang meragukan. Sajak-sajak Nostradamus juga kerap dimodifikasi dan ditambahi dengan cerita fiksi. Salah satunya sajak yang populer dianggap meramal teror di gedung kembar World Trade Center (WTC). Dalam terjemahan sajak disebut frasa steel birds atau burung baja. Ada juga sebuah kota bernama Metropolis.

Setelah kabar Nostradamus meramal teror WTC pada 2001 menyebar luas. Baru diketahui bahwa terjemahan yang dibuat seperti sajak Nostradamus itu sudah dimodifikasi.

Salah satu bukti bahwa sajak itu bukan tulisan Nostradamus adalah penggunaan frasa burung baja. Apabila merujuk pada pesawat, Nostradamus seharusnya tidak akan menggunakan frasa tersebut, karena baja pertama kali dipakai sebagai badan pesawat pada 1854, kurang lebih 288 tahun setelah Nostradamus meninggal dunia.

Benjamin juga menegaskan banyak peneliti sajak Nostradamus yang intepretasinya saling bertentangan satu sama lain. Penulis buku Nostradamus, Bibliomancer: The Man,the Myth, the Truth, Peter Lemesurier menyimpulkan bahwa Nostradamus bukanlah ahli astrologi dan juga bukan seorang tabib. Menurut Peter, Nostradamus adalah orang yang mempelajari sejarah dan percaya bahwa sejarah akan terulang. (ak.sp)

Baca Juga

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker